DARI LANGIT KE BINTANG : PERJUANGAN MENDAPATKAN BEASISWA
“Gantunglah cita-citamu setinggi langit
kalaupun jatuh, jatuhnya di antara bintang”kata bapak proklamator Ir. Soekarno.
Setiap orang memiliki mimpinya masing-masing, saya memiliki mimpi untuk
mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Bagi orang yang berasal dari kalangan
mampu tentunya mimpi seperti ini bukanlah hal yang susah untuk diwujudkan.
Namun, tidak demikian dengan saya yang berasal dari latar belakang keluarga
yang sederhana. Melanjutkan pendidikan menurut saya penting untuk membuka
wawasan bagi kontribusi kita yang lebih baik diberbagai sektor demi kemajuan
bangsa.
Beasiswa LPDP merupakan salah satu program
beasiswa beasiswa yang cukup terkenal akhir-akhir ini. Tidak susah untuk
menemukan informasi beasiswa ini di internet. Saya merasa bahwa beasiswa ini
dapat menjadi jalan saya meraih mimpi untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang
magister. Sebagai beasiswa yang pendaftarannya sangat banyak, tentunya beasiswa
ini memberikan persyaratan kualifikasi yang cukup ketat. Dari beberapa
persyaratan yang diberikan terdapat satu persyaratan yang belum saya miliki
yaitu persyaratan kecakapan berbahasa inggris.
Salah
satu mimpi langit saya adalah melanjutkan adalah melanjutkan pendidikan di luar
negeri. Menurut saya, kita dapat melihat kelebihan dan kekurangan sesuatu
dengan mudah jika dilihatnya dari luar. Kita dapat mengamati bumi dengan
komprehensif jika pengmatan dilakukan di luar bumi. Kita dapat melihat
permasalahan-permasalhan Indonesia dengan mudah dari luar. Tantangan terbesar
tentunya untuk menggapai mimpi ini adalah kemampuan berbahasa inggris yang baik
dengan skor tes bahasa inggris yang mendukung.
IELTS
merupakan salah satu tes untuk mengukur kemampuan seseorang dalam berbahasa
inggris dan merupakan persyaratan untuk masuk di universitas-universitas luar
negeri. Banyak orang yang mengatakan bahwa IELTS lebih susah dan lebih mahal
jika dibandingkan dengan TOEFL ITP. Saya mulai ragu dengan keputusan saya utnuk
meilih belajar IELTS, bagaimana mungkin dengan kemampuan dasar Bahasa inggris
yang minim langsung belajar yang susah itu. Akhirnya setelah membaca dan
mencari tahu dari beberapa referensi saya memantapkan hati untuk belajar IELTS.
Dimana
ada niat disitu ada jalan. Ungkapan yang sangat memotivasi untuk terus berusaha
dan melakukan yang terbaik. Proses belajar IELTS saya tentunya tidaklah mudah,
mengingat saya juga memiliki kesibukan lain, karena masih dalam proses
pengabdian sebagai guru honorer di salah satu SMP di Kabupaten Pangkep. Dua hal
yang berusaha saya laksanakan secara maksimal, dengan melaksanakan kudua hal
ini, Tuhan menunjukkan jalan. Mendaftarkan diri sebagai salah satu peserta simposium
guru dan tenaga kependidikan nasional tahun 2015 akhirnya terpilih sebagai slah
satu pemenang yang membuat saya mendapatkan sedikit bantuan untuk dapat
membayar biaya kursus IELTS yang bagi saya tidaklah murah. Akhirnya, tidak lagi
belajar sendiri namun kini sudah dapat belajar dengan mentor IELTS di Makassar.
Perjuangan belajar IELTS tidaklah mudah tiga kali seminggu di sore hari saya
harus menempuh jarak 100 kilometer dengan sepeda motor menuju tempat kursus dan
harus balik lagi pada malam harinya karena pada esok hari harus kembali ke
sekolah untuk mengajar. Sebuah perjuangan yang sangat melelahkan dan saya mencoba
menikmatinya sebagai suatu proses yang manis.
Setelah
belajar dan mempersipakan diri tibalah saatnya untuk mengikuti tes IELTS yang
sesungguhnya. Biaya tes yang cukup mahal membuat saya ingin menunda tes, namun
Tuhan kembali memberikan Jalan. Saya terpilih sebagai salah satu delegasi
Indonesia dalam Training Course SEAMEO
Qitep in Science dan terpilih sebagai guru berprestasi Kabupaten Pangkep.
kegiatan tersebut memberikn uang saku yang setidaknya cukup untuk biaya
registrasi tes. Akhirnya, setelah
mendapatkan sertifikat IELTS saya mendaftarkan diri pada seleksi LPDP period
eke empat tahun 2016 dengan tujuan Exeter University, Inggris.
Harapan
yang sangat besar pada tes LPDP periode ke empat 2016 setelah melakukan proses
yang sangat melelahkan. Setelah mengikuti rangkaian kegiatan tes dari seleksi
administrasi hingga seleksi substansi, Tuhan berkehendak lain dimana sya
dinyatakan tidak lolos beasiswa LPDP. Perasaaan sedih dan kecewa tentunya ada,
namun saya selalu beranggapan bahwa rencana Tuhan pasti lebih baik. Saya
kemudian meminta hasil seleksi substansi untuk menjadikannya sebagai bahan
refleksi. Tepat seperti dugaan saya bahwa nilai saya rendah pada bagian
wawancara. Pada saat wawancara saya merasa kurang percaya diri dengan apa yang
telah saya lakukan, saya terlalu memikirkan kekurangan saya, dan berusaha
menutupinya. Saya lupa bahwa semua orang pastilah memiliki kekurangan yang
penting adalah mempertajam potensi dan mengelola dengan baik kekurangan itu.
Setelah
mendapat hasil yang mengecewakan dengan tidak lolos seleksi LPDP 2016, saya
mencoba kembali memperbaiki diri. Pada tahun 2017 saya mendaftar kembali, namun
kali ini dengan memilih universitas dalam negeri. Pertimbangan yang banyak
setelah berdiskusi dengan orang tua dan beberapa orang mempertegas niatan saya
untuk mendaftar program beasiswa dalam negeri. Menurunkan target bukanlah
kegagalan, inilah yang menjadikan pentingnya mimpi setinggi langit karena
ketika jatuh akhirnya dapat jatuh di antara bintang yang bersinar terang.
Belajar
dari pengalaman untuk hasil yang lebih baik. Pengalaman yang saya peroleh pada
perode sebelumnya menjadi modal awal saya untuk mengikuti seleksi periode 2017.
Saya harus lebih percaya diri, lebih yakin dengan kualifikasi diri, menegaskan
dengan jelas apa yang telah, sedang dan yang akan saya lakukan bagi kemajuan
Indonesia. menjadi diri sendiri menjadi salah satu kunci untuk dapat sukses
pada program beasiswa LPDP dan tidak mengulan kesalahan yang dilakukan pada
periode sebelumnya yang berujung pada kegagalan.
Terdapat
hal yang berbeda pada periode 2017 dengan adanya online assessment setelah
seleksi administrasi. Hanya yang lolos tahapan ini yang berhak maju ke tahapan
seleksi substansi. Akan menjadi mudah jika kita mengenali model tes tersebut,
untuk itu saya berusaha mencari informasi dari berbagai sumber mengenai tes
ini. Berhubung karena tes ini merupakan tes yang dilakukan secara daring
sedangkan saya berada di desa yang jaringan internetnya masih belum lancar
membuat saya harus mengantisipasinya lebih awal. Dengan persiapan yang baik dan
menjawab semua soal dalam tes ini dengan konsentrasi akhirnya dapat lolos pada
tahapan ini dan dinyatakan berhak mengikuti seleksi substansi.
Tahap
terakhir adalah seleksi substansi, tahapan seleski yang terbagi tiga yaitu
wawancara, essay on the spot dan leaderless group discussion. Say pernah
gagal pada tahapn ini dan berharap pada keempatan kedua ini tidak gagal lagi.
Saya memberikan perhatian lebih pada tahapan wawancara mengingat pada tahapan
ini lah saya jatuh pada periode sebelumnya. Dengan penuh percaya diri saya
masuk ke ruangan wawancara. Pertanyaan-pertanyaan pewawancara berusaha saya
jawab dengan tegas. Cukup lama rasanya proses wawancara yang saya lakukan, dua
orang telah diwawancarai dimeja sebelah saya dan saya masih belum selesai juga.
Hal ini sedikit membuat saya sedikit tidak fokus, namun saya tetap terus
berusaha untuk tetap konsentrasi. Setelah melewati semua rangkaian seleksi
substansi dengan perasaan lega bercampur was-was. Akhirnya, pada tanggal 19
Juni 2017, Alhamdulillah saya dainyatakan lolos seleksi substansi. Sebuah
kesyukuran yang luar biasa, sebuah berkah bulan Ramadhan.
Sebuah
pengumuman yang agak sulit saya percaya. Saya membuka email dari LPDP
beberapa-kali dan mebacanya dengan detail berkali-kali. Orang tua saya begitu
senang mendengarnya, tidak ada rasa bahagia selain melihat kedua orang tua
tersenyum bahagia. Namun, ini bukanlah akhir, ini adalah awal perjuangan dalam
mengarungi kehidupan yang baru. Beasiswa ini adalah sebuah tanggung jawab dan
amanah dari negara demi meraih cita-cita, demi bangsa Indonesia yang lebih maju
lagi di masa yang akan datang.
mantap
ReplyDeletedeysot
Congratulations. Semoga apa yg di cita dan cintakan tercapai 😇
ReplyDelete