laporan pengetahuan lingkungan
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Praktek Lapangan
Pengetahuan lingkungan merupakan
mata kuliah umum yang diharapkan dapat memperluas cakrawala pengetahuan
mahasiswa tentang keadaan lingkungan masyarakat, sehingga wawasannya tidak
terbatas pada bidang keahliannya masing-masing. Selain itu, mahasiswa dapat
berpikir secara “lintas sektoral” dan generalis tentang masalah lingkungan
merupakan mata kuliah umum dengan visi berkembangnya mahasiswa sebagai manusia
terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman kesetaraan dan
kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika dan etika dan moral
dalam berkehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu kami melakukan praktek lapangan berhubungan dengan mata
kuliah pengetahuan lingkungan dasar di Malino, Kecamatan Tinggimoncong,
Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Malino,
Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. adalah salah satu daerah tempat warga
bermukim, tempat ini merupakan tempat yang terkenal dengan tempat-tempat
wisatanya. Pada daerah ini terdapat banyak vila dan perumahan yang disewakan
menanadakan bahwa tempat ini merupakan lokasi wisata yang diminati oleh banyak
orang.
Dalam hal ini sesuai tujuan
pembelajaran, kami melakukan studi lapangan ini yaitu untuk menganalisis
perubahan-perubahan lingkungan di malino kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten
Gowa ini, serta menganalisis penyebab dan
dampak dari perubahan lingkungan tersebut baik terhadap masyarakat
maupun komponen-komponen lain yang ada di daerah tersebut.
B.
Tujuan
Praktek Lapangan
Kegiatan praktek lapang Pengetahuan
lingkungan bertujuan untuk :
1. Untuk
mengetahui kondisi sosial masyarakat, khususnya di Kabupaten Gowa.
2. Untuk
mengetahui kondisi ekonomi masyarakat khususnya di Kabupaten Gowa.
3. Untuk
mengetahui kondisi fisik wilayah di Kabupaten Gowa.
4. Untuk
mengetahui pengaruh pendatang terhadap suatu wilayah khususnya di Kabupaten
Gowa.
C.
Manfaat
Kegiatan Praktek Lapangan
1. Mahasiswa
dapat mengetahui kondisi sosial masyarakat sekitar.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi ekonomi
masyarakat sekitar.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi fisik suatu
wilayah.
4. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pendatang
terhadap suatu wilayah.
5. Dapat menambah wawasan mahasiswa tentang alam
dan masyarakat sekitarnya.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Problematika
Lingkungan
Masalah lingkungan yang kita hadapi sekarang
merupakan masalah ekologi manusia. Masalh itu timbul karena aktifitas manusia
yang menyebabkan lingkungan tidak atau kurang sesuai lagi untuk mendukung
kehidupan manusia. Baljar dari kasus-kasus yang telah terjadi sebelumnya maka
semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat mulai vocal dalam menyuarakan
keperihatinanya terhadap masalah lingkungan. Puncak perhatian tehadap masalah
lingkungan ini pada saat diselenggarakan konferensi PBB tentang lingkungan
hidup di Stockholm pada bulan juni 1972, yang dikenal dengan konferensi
stockhplm pada bulan juni 1972, sehingga ditetapkan sebgai hari lingkungan hidup
sedunia (Tim Dosen, 2011:1-2)
a. Pengertian Linkungan Hidup
Linkungan hidup adalah “kesatuan ruang dalam semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya ynag
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
lain” (UU RI No. 23 Tahun 1997). Pada pengertian ini tercantum dua kali kata
manusia yakni manusia sebagai subjek (manusia dan perilakunya) dan manusia sebagai
objek (yang akan terpengaruh). Dalam lingkungan hidup kita jumpai benda dan
daya yang memungkinkan manusia dan makhluk lain dapat hidup dan berkembang
biak. Benda dan daya ini biasanya dikelompokkan kedalam komponon fisik
lingkungann hidup atau biasa juga disebut sebagai komponon abiotik. Makhluk
hidup yang terdiri dari satwa dan tumbuhan termasuk komponen biotic sedangkan
makhluk hidup berupa manusia disebut komponen social, ekonomi dan budaya serta
kesehatan masyarakat disebut sebagai komponen kultur (cultur). Untuk
singkatnya, lingkungan hidup terdiri atas tiga komponen abiotik, biotic dan
cultur, atau sering disebut sebagai konsep ABC (Tim Dosen, 2011:3).
b. Permasalahan Lingkungan Hidup
Perkembangan kehidupan manusia mewujudkan semakin
modern tingkat kehidupan manusia, semakin besar kerusakan dari pencemaran lingkungan
hidup yang ditimbulkan. Disamping itu perkembangan kehidupan tersebut juga
menyebabkan makin menipisnya sumberdaya alam yang ada dibimi ini. Masalah
lingkungan hidup ini ada yang bersifat regional, dan global. Luas besarnya
masalah tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat besarnya masalah (tim dosen,
2011:4).
Dalam modul pengantar pengelolaan lingkyungan
ldikemukakan permasalahan lingkungan global yakni:
1. kerusakan dan menipisnya sumber lingkungan global
2. kerusakan atmosfer yang berakibat pada perubahan
iklim
3. kerusakan lapisan ozon
4. kerusakan dan menipisnya sumber daya hutan
5. menipisnya keanekaragaman hayati
6. pencemaran dan menipisnya sumber daya kelautan
Menurut Agus (2011) Salah satu masalah lingkungan
yang paling akrab di masayarakat Indonesia adalah banjir, ada beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya banjir, yaitu sebagai berikut:
1. penyebab banjir akibat tindakan manusia
·
Perubahan tata
guna lahan
·
Pembuangan sampah
·
Kawasan kumuh
disepanjang sungai / drainase
·
Perencanaan
system pengendalian banjir tidak tepat
·
Penurunan tanah
·
Tidak
berfungsinya system drainase lahan
·
Bendung dan
bangunan air
·
Kerusakan
banguna pengendalian banjir
2. penyebab banjir akibat alam
· Erosi dan
sedimentasi
· Curah
hujan
· Pengaruh
fisiologis/geofisik sungai
· Kapasitas
sungai dan drainase tidak memadai
· Pengaruh air
pasang
B.
Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam dan Lingkungan
a. Pertumbuhan
Penduduk dan Dampaknya Terhadap Lingkungan
Di indonesia masalah pertambahan penduduk masih
cukup memperihatinkan, kalaupun berbagai upaya telah dilaksanakan oleh
pemerintah. Pada awal pelita I, penduduk Indonesia berjumlah sekitar 120 juta,
dengan pertumbuhan rata-rata diatas 2,6%setahun kemudian pertumbuhan tersebut
telah dapat ditkan menjadi 2%, namun pertambahan jumlah penduduk masih cukup
besar (Tim Dosen,2011:29).
Akibat pertumbuhan penduduk yang makin pesat
tersebut akan menimbulkan banyak masalah. Masalah di bidang kependudukan di Negara
berkembang terdapat kecenderungan perpindahan penduduk secara dramatis dari
wilayah pedesaan kewilayah perkotaan (Tim Dosen, 2011:30)
b. Sumber Daya Alam dan Dampaknya Terhadap
Lingkungan
Sumber daya alam merupakan unsure lingkungan alam,
baik fisik maupun hayati yang diperlukan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhannya dan meningkatkan kesejahteraannya. Manusia dalam melaksanakan
segala kegiatannya selalu memanfaatkan sumber daya alam. Hal tersebut akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik positif maupun negative (Tim dosen,
2011:31).
Strategi bidang sumber daya alam dan lingkungan
hidup
·
Sumber Daya
Alam
Mengoptimalkan upaya
konservasi, rehabilitasi dan penghematan sumber daya pertambangan, energi dan
air melalui sosialisasi penghematan, kepedulian dan kesadaran masyarakat,
meningkatkan kerjasama antar unit/instansi terkait dalam pengelolaan dan
penegakan hukum.
·
Lingkungan
Hidup
Meningkatkan
partisipasi dan akuntabilitas masyarakat, swasta dan pemerintah dalam mengatasi
pencemaran lingkungan hidup dan meningkatkan sistem pengelolaan lingkungan,
menyediakan RTH di permukiman padat dan kumuh sebagai ruang interaktif,
mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan taman, serta penegakkan hukum
yang tegas dalam penanganan sumber pencemaran lingkungan.
·
Kebersihan
Meningkatkan
partisipasi dan akuntabilitas masyarakat, swasta dan pemerintah dalam
penanganan masalah sampah, pelayanan dan fasilitas kebersihan, menyediakan
lokasi TPA baru, meningkatkan kemampuan penanganan limbah B3, serta
mengupayakan teknologi hemat lahan dalam pengelolaan sampah.
c. Dampak Teknologi Terhadap Lingkungan
Menurut
Tim Dosen (2011), penggunaan dan perkembangan IPTEK menimbulkan akibat sebagi
berikut:
1. mutasi gen manusia terselubung
2. efek rumah kaca
3. hujan asam
d. Etika Lingkungan
Dengan
etika lingkungan kita tidak hanya mengimbangi hak dengan kewajiban tehadap
lingkungan, tetapi etika lingkungan juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk
mengendalikan berbagai kegiatan, agar tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan
hidup kita. Bahkan mungkin perlu diperjuangkan hak asasi kehidupan atau hak
asai lingkungan hidup, dimana hak asasi yang terdahulu itu (Tim Dosen,
2011:35).
e. Matriks Bidang Sumber Daya Alam dan Lingungan
Hidup
Menurut
Renstrada (2009), matriks bidang sumber daya alam dan lingungan hidup adalh
sebagi berikut:
Tabel 1.1 Matriks Bidang Sumber Daya Alam dan
Lingungan Hidup
Arah
Kebijakan
|
Strategi
|
Program
|
Indikator
Kerja
|
Sumber
Daya Alam
|
|||
Mengelola
sumber daya
alam (SDA) dan
memelihara
daya dukung
serta upaya
konservasi,
rehabilitasi
dan
penghematan
penggunaan
sumber daya
alam yang
menerapkan
teknologi
ramah
lingkungan
|
Mengoptimalkan
upaya
konservasi,
rehabilitasi dan
penghematan
sumber daya
pertambangan,
energi dan air
melalui
sosialisasi
penghematan,
kepedulian dan
kesadaran
masyarakat,
meningkatkan
kerjasama
antar
unit/instansi terkait
dalam
pengelolaan dan
penegakan
hokum
|
1.
Pengembangan sumber
daya
pertambangan dan
energy
2.
Pengembangan sumber
air
tanah
|
a)
Meningkatnya pemanfaatan
hasil tambang
dan energi
untuk
mendukung
kesejahteraan
masyarakat
b) Tercapainya
stabilitas
distribusi BBM
dan gas untuk
memenuhi
kebutuhan
masyarakat dan
usaha.
a)
Terkendalinya penggunaan air
tanah oleh
instansi
pemerintah,
dunia usaha dan
masyarakat
b) Terjaganya
cadangan
sumber air
tanah melalui
penambahan
sumur resapan,
injection well
dan reservoir air
bawah
tanah
|
Lingkungan
Hidup
|
|||
Menyeimbangkan
kepentingan
lingkungan
hidup dengan
kepentingan
sosial ekonomi
masyarakat
dalam konteks
pembangunan
berkelanjutan
|
Meningkatkan
partisipasi dan
akuntabilitas
masyarakat,
swasta dan
pemerintah dalam
mengatasi
pencemaran
lingkungan
hidup dan
meningkatkan
sistem
pengelolaan
lingkungan,
menyediakan
RTH di
permukiman
padat dan
kumuh sebagai
ruang
interaktif,
mengikutsertakan
masyarakat
dalam
pengelolaan
taman, serta
penegakkan
hukum yang
tegas dalam
penanganan
sumber
pencemaran
lingkungan
|
1. Peningkatan
Kualitas
Lingkungan
2. Peningkatan
Pengendalian
Dampak
Lingkungan
3. Penataan
dan
Pengembangan
Ruang
Terbuka Hijau
(RTH)
4. Penyerasian
dan
Keindahan
Lingkungan
|
a)
Meningkatnya fungsi laut
sebagai sumber
daya
ekonomi,
transportasi dan
pariwisata
b)
Meningkatnya fungsi
sungai/kali
sebagai sumber
daya ekonomi
dan wisata
c)
Meningkatnya peranserta
masyarakat dan
swasta
dalam
pengelolaan fungsi
sungai dan
laut
d)
Terkendalinya emisi gas
pencemar udara
a)
Terkendalinya pelaksanaan
kegiatan yang
berdampak
pada
lingkungan hidup
b)
Meningkatnya pemahaman
dan kepedulian
masyarakat
dan swasta
akan
pentingnya
lingkungan
hidup
c)
Terlaksananya penegakan
hukum terhadap
pelanggaran di
bidang
lingkungan
hidup
a)
Meningkatnya kualitas dan
kuantitas
ruang terbuka
hijau dan
ruang interaksi
publik
b) Terciptanya
keseimbangan
lingkungan
kehidupan yang
lebih sehat,
indah dan
nyaman
a)
Meningkatnya kualitas dan
kuantitas
taman kota
b) Tertatanya
dengan baik
penempatan
ornamen dan
street
furniture, termasuk
media luar
ruang
c)
Meningkatnya perencanaan
keserasian
ornamen kota
terhadap
unsur-unsur kota
lainnya
|
Kebersihan
|
|||
Menciptakan
kota yang
bersih, bebas
dari polusi
dengan
pemanfaatan
teknologi
tepat guna
|
Meningkatkan
partisipasi dan
akuntabilitas
masyarakat,
swasta dan
pemerintah dalam
penanganan
masalah
sampah, pelayanan
dan
fasilitas
kebersihan,
menyediakan
lokasi TPA
baru,
meningkatkan
kemampuan
penanganan
limbah B3,
serta
mengupayakan
teknologi
hemat lahan
dalam
pengelolaan
sampah
|
1. Peningkatan
sarana dan
Prasarana
Kebersihan
2. Peningkatan
Pelayanan
Kebersihan
|
a)
Meningkatnya pelayanan
kebersihan
b)
Meningkatnya ketersediaan
sarana dan
prasarana
kebersihan
c) Tersedianya
lokasi TPA dan
pengolahan
sampah dengan
teknologi
penanganan yang
tepat guna
a)
Meningkatnya kesadaran
dan peranserta
masyarakat
terhadap
kebersihan kota
b)
Meningkatnya kebersihan
kota
c)
Meningkatnya kinerja aparat
kebersihan
|
Sumber :
Renstrada DKI Jakarta 2002-2007
C.
Ekologi
Sebagi Dasar Ilmu Lingkungan
Ekologi
a.
Pengertian Ekologi
Ekologi berasal dari bahas ayunani “oikos” yang
berarti rumah atau rumah tangga atau tempat tinggal, dan “logos” yang berarti
ilmu. Jadi mempelajari rumah tangga lingkungan, tempat hidup semua organism,
seluruh proses-proses fungsional yang menyebabkan tempat hidup itu cocok untuk
didiami. Secara harfiah, ekologi adalah ilmu yang mempelajari organism di
tempat hidupnya dengan menggunakan pola hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dan lingkungannya. Secara tradisional ekologi biasanya diberibatasan sebagai
ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dalam lingkungannya (Tim
Dosen, 2011:43).
Menurut Tim Dosen (2011), pengertian ekologi dapat
disimpilkan sebagi beruikut:
1. Ekologi adalah ilmu tentang
hubungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
2. Ekologi adalah ilmu tentang
makhluk hidup dan dalam habitatnya.
3. Ekologi adalah ilmu tentang
struktur dan fungsi ekosistem.
Ekologi pertamakali diperkenalkan oleh Ernest
Haeckel seorang ahli biologi jerman pada tahun 1869. Dalam pengertian prosees
alamiah, ekologi telah diketahuindan diaplikasiakan sejak dulu dan terus
berkembang sejalan dengan perkembangan akal
dan budaya manusia. Sebagai ilmu ekologi telah berkebang pesat sejak
tahun 1990. Berdasarkan perkembangannnya, sekarang dikenal ilmu lingkungan
hidup dan biologi lingkungan. Pada dasarnya yang dimaksud dengan lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang tempat organisme berada dan dapat saling
mempengaruhi. Ekologi adalah dasar pokok ilmu lingkungan (Soerjaatmadja,
1981:4).
b. Ruang Lingkup Kajian Ekologi
Kajian
ekologi tidak telepasa dari kajian mengenai sitem makhluk hidup atau biosistem.
Biosistem tersusun atas komponen biotic dan abiotik. Setiap komponen biotic
membutuhkan semua komponen abiotik yang meliputi materi, energy ruang, waktu
dan keanekaragaman untuk membentuk ekoisistem secara utuh (Tim Dosen, 2011:43)
Menurut Soerjani (1985), pembagian ekologi ada 4
yaitu:
1.
Autekologi, mempelajari satu jenis organisme dan interaksinya dengan
lingkungan. Pembahasan pada aspek siklus hidup, adaptasi, sifat parasitic dan
lain-lain.
2.
Sinekologi, mengkaji berbagai kelompok organism sebagai kesatuan yang saling
berinteraksi dalam satu daerah tertentu. Sering dikenal dengan ekologi
komunitas.
3.
Pembagian ekologi berdasarkan habitat, kajian ekologi menuryt habitat dimana
organism hidup misalnya ekologi laut, ekologi padang rumput, ekologi padang
tropika, dan lain-lain.
4.
Pembagian ekologi menurut taksonomi, kajian ekologi menurut taksa organism,
misalnya ekoologi tumbuhan, ekologi hewan, ekologi mikroorganisme, dan
lain-lain.
c. Hubungan Ekologi dengan Ilmu Lingkungan
Pada
dasarnya ekologi adalah ilmu dasar untuk mempertanyakan, menyelidiki dan
memahami bagaimna alam bekerja, bagaimana keberadaan makhluk hidup dalam setiap
kehidupan, apa yang mereka perlukan dari habitatnya untuk dapat melangsungkan
kehidupan, bagiman mereka mencukupi kebutuhannya, bagaimna mereka melakukan
interaksi dengan komponenlain dsan dengan spesies lain, bagiman individu dalam
spesies dapat beradaptasi, bagaiman
makhluk hidup menghadapi keterbatasan dan harus toleran terhadap
berbagai perubahan, bagaiman individu dalm spesies mengalami pertumbuhan
sebagai bagian dari suatu populasi dan komunitas. Semua ini berlangsung dalam
satu proses yang mengikuti tatanan prinsip dan ketentuan alam yang rumit tetapi
cukup teratur yang dengan ekologi kita mencoba memhaminya. Dimana perlu dengan
menyederhanakannya, walaupun kita menyadari bahwa dibalik kesederhanaan itu
tetap tersimpan kerumitan yang mendalam (Soerjani,1987:2).
Dapat
dikatakan bahwa ilmu lingkungan sebenarnya merupakan ilmu terapan dari ekologi
yang murni sifatnya, yakni bagaimana menerapkan berbagai prinsip dan ketentuan
ekologi itu, dalam kehidupan manusia, atau ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana manusia harus menmpatkan dirinya dalam ekosistem, dalam lingkungan
hidupnya (Soerjani, 1987:3).
Ekosistem
a. Pengertian Ekosistem
Suatu konsep sentaral dari ekologi adalah
ekositem, yaitu suatu system ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbale balik
antara makhluk hidup dan lingkungannyan. Suatu system terdiri dari komponen
yang bekerjas sama sebagai suatu kesatuan. Ekosistem pertama kali dikemukakan
oleh transley pada tahun 1935. System ini mempunyai beberapa nama lain. Forns
tahun 1887 menyebut ekosistem sebagai mikrokosm, frederich tahun 1930 menyebut
holocoen, dan theiennemann tahun 1939 menyebut biositem (Soemarwoto, 1995:16).
b. Komponen Ekosistem
Menurut
Sorjaatmadja (1981), pembagian ekosistem dapat dituliskan sebagai berikut:
1. Berdasarkan makanan
· Komponen autotrofik, merupakan organism yang dapat
menyediakan makanannya sendiri (fotosintesis).
· Komponen heterotrofik, merpakan organusme yang hanya
memanfaatkan bahan organic.
2. Berdasarkan funsional
·
Aliran energy
· Rantai makanan
· Pola keanekaragaman dalam waktu dan ruang
· Daur makanan (biogeokimia)
· Perkembangan dan evolusi
· Pengendalian
3. Berdasarkan unsure penyusun
· Senyawa norganic (C, N, P, H2O, dan
lain-lain yang terlibat dalam daur materi)
· Senyawa organic (protein, karbohidrat, lemak, dan
lain-lain)
· Resim iklim, berupa factor fisik
· Produsen (organism autotrofik)
· Konsumen (organism heterotrofik)
· Pengurai (saprofit dan osmotrof)
c. Bentuk-Bentuk Ekosistem
Menurut
Tim Dosen (2011), bentuk-bentuk ekosistem adalah sebagai berikut
1. Ekosistem peraiaran dalam
Ekosistem
peraairan dalam terletak beberapa ratus meter ditemui dibawah permukaan laut
sehingga tidak banyak menerima cahaya matahari langsung. Oleh karena makhluk
hidup yang ditemui hanya kelompok deeterivor sedangvkan semua jenis produsen
tidak hidup.
2. Ekosistem perairan dangkal
Ekositem
ini terletak dipantai yang tertutupi air laut dan sangat jauh dari sungai yang
besar. Di Indonesia, ekosistem pantai seperti ini terdapat dipantai utara jawa,
bali, sumbwa dan Sulawesi. Ekosistem litoral terdiri dari sub ekosistem pantai
batu dan sub ekosistem karang batu, subekosistem karang batu tersusun atas
batu-batu kecil sebagai hasil proses konglomerasi dengan tanah liat dan kapur
atau tebentuk dari bongkahan-bongkahan granit, sedangkan subekosistem pantai batu
terbentuk sebagi hasil kegiatan beberapa organism colentrata, cacing, siput,
dan ganggang berkapur.
3. Bioma Tundra
Bioma
tundra terdapat di sekitar kutub utara. Bioma ini terletak di bagian selatan
laut kutub yang tertutup es.
4. Bioma taiga
Bioma
taiga terletak dibagian selatan kutub utarayaitu sekitar amerika utara, Eropa,
dan Asia
5. Hutan Hujan Tropik
Bioma
ini terdapat disepanjang khatulistiwa, meliputi tanah amazon, amerika selatan,
Indonesia, India Barat, Asia tenggara, Australia timur laut dan lembah kongo di
Afrika.
6. Hutan Sabana
Hutan sabana terdapat di daerah-daerah dengan musim
kemarau tropic yang sangat panjag dan kering.
7. Hutan Mangrove
Mangrove
adalah khas daerah tropis yang hidupnya hanya brkembang baik pada temperature
dari 190-40o. hutan mangrove menangkap dan mengumpulkan
sedimen yyang terbawa arus pasang surut dari daratan lewat aliran sungai.
8. hutan Rawa
Hutannrawa
Tuk karena keadaan tanah yang sangat basah. Keanekaragaman hewan pada hutan
rawa sangat rendah, hanya ditemukan babi hutan, macam-macam ular air, ikan-ikan
dan burung pencakar ular.
d. Energi dalam Ekosistem
Energy
adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Energy dapat memanifestasikan berbagi
bentuk yaitu bentuk radiasi cahaya, bentuk energy panas, energy ikat kimia,
energy mekanis, dan energy listrik. Pada hakikatnya manifestasi kehidupan yang
dinyatakan dalam rangkaian peruhan-perubahanseperti membuat makanan (sintesis
bahan organic), bernapas, tumbuh, berkembang, bergerak, semuanya hanya
dimungkinkan oleh adanya perpindahan dan perubahan energy. Dapat dikatakan
bahwa manifestasi kehidupan adalah salah satu dari berbagai bentuk manifestasi
energy (Tim Dosen, 2011:61-62)
Rantai
makanan adalah pengaliran energy dari sumbernya dalam tumbuhan, melalui sederetan
organism yang makan dan dimakan. Oleh karena itu rantai makanan merupakan
prinsip yang menjelaskan tentang hubungan antara produsen, konsumen, dan
pengurai dalam memperoleh makanan (Tim Dosen, 2011:62) .
Menurut
Tim Dosen (2011), konsep aliran energy dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Banyak sekali energy yang diperlukan
untuk menjalankan aktivitas kehidupan dalam satu ekosistem banyaknya energy
yang diperoleh dalam bentuk panas yang tidak dapat digunakan lagi.
2. Tiap ekosistem yang terbatas kemampuan untuk member makanan
maka enrgi juga terbatas. Jika populasi konsumen melampaui batas-batas
kemampuan ekosistem bersangkutan, maka akibatnya keseimbangan ekosistem itu
akan terganggu dan kemungkinan mematiakan ekosistem itu.
3. Makin pendek rantai makanan atau makin dekat
kepada produsen sebagai mata rantai makanan, makin banyak energy yang digunakan
yang berarti makin banyak individu yang dapat diberi makan.
e. Piramida Ekologi
Piramida
ekologi adalah plot jumlah individu dalam ukuran kelas yang berbeda dan jmlah
biomassa atau produktivitas pada berbagai tingkat tropic, sedangkan tingkat
tropic merupakan jarak transfer makanan tertentu dari sumber energy yang
ditempati kelompok organism.
1. Piramida Jumlah
Piramida
ini mengelompokkan individu yang menempati daerah tertentu berdasarkan tingkat
tropiknya.
2. Piramida Biomassa
Piramida
ini mengelompokkan individu yang memiliki tiap tiangkatan tropic berdasakan
biomassanya. Biomassa tersebut juga standing crop yaitu jumlah nyata materi
hidup yang terkandung dalam ekosistem. Piramida ini dianggap lebih baik dari
pada piramida jumlah, karena hubungan kuantitatf biomassa dapat telihat
3. Piramida Energy
Piramida
energy berdasar atas kecepatan aliran energy dan tau produktivitas dan
dinyatakan dalam mg berat kering/m2/waktu. Dibandingkan kedua
piramida lain, piramida ini merupakan piramida terbaik dan tidak pernah
terbalik apa yang dapat digambarkan dinamika kehidupan dari
komponen-komponen penyusun ekosistem.
f. Kelestarian Ekosistem (Siklus Materi)
Mekanisme
biogeokimia dalam ekosistem berlangsung bersamaan dengan berjalannya rantai
makanan, karena senyawa kimia yang beredar berupa bahan makanan. Siklus ini
disebut biogenesis karena siklus berlangsung secara kimiawi melalui organism
(biologi) sebagai perantara dan kembali kelingkungan fisiknya melalui udara,
tanah, dan air (biologis). Selama peredaran ini terjadi perubahan-perubahan
yang berlangsung pada tahap tertentu (Tim Dosen,2011:70).
Lingkungan
hidup tidak dapat dielakkan dari azas ekologi yang membentuknya. Berbagai asas yang dimaksud
adalah :
1.
Organisasi ekosistem.
Suatu ekosistem pada umumnya dihuni oleh mahluk hidup yang
mengelompok sebagai suatu populasi. Berbagai populasi yang bersama sama
menghuni suatu wilayah disebutkomunitas. Dalam konsep ekosistem,
komponen-komponen lingkungan hidup secara terpadu saling terkait dan tergantung
satu dengan lainnya didalam suatu sistem. Pendekatan ini disebut sebagai
pendekatan yang holistic.
2.
Sistem
produksi, konsumsi dan dekomposisi
Sistem produksi dalam ekosistem erat hubungannya dengan daur
materidan daur energi. Produksi primer dari suatu sistem berasal dari proses
photosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan berhijau daun dengan pengikatan
energi yang berasal dari sinar matahari dalam bentuk karbohidrat.Tumbuhan
berhijau daun disebut produsen primer. Dalam proses daur materi dan energi
seterusnya produsen primer ini merupakan makanan konsumen primer, atau produsen
sekunder atauherbivore yakni hewan pemakan tumbuhan. Selanjutnya konsumsi
primer ini dapat menjadi mangsa (prey) dari konsumen sekunder yang dapat pula
disebut produsen tersier.
Baik produsen primer, sekunder atau predator dapat pula mengalami
peruraian perombakan atau dekomposisi menjadi bentuk bahan organik yang lebih
sederhana oleh mahluk hidup yang umumnya terdiri atas jasadrenik seperti jamur,
bakteri, cacing, dsb.
3.
Rantai makanan
Rantai makanan menunjukkan hubungan makan memakan dalam sebuah
ekosistem. Satu organisme bergantung pada organisme lain yang lebih rendah
dalam rantai makanan. Semua organisme yang mengkonsumsi jenis makanan yang sama
di dalam rantai makanan berada dalam tahap tropis yang sama. Jadi, tumbuhan
(produsen utama) termasuk dalam tahap tropik yang pertama, herbivore (konsumen
utama) termasuk dalam tahap tropik kedua, karnivore (konsumen sekunder) yang
memakan herbivore termasuk dalam tahap tropik ketiga dan karnivore sekunder
(konsumen tersier ), yakni yang memakan karnivore lain, termasuk dalam tingkat
tropik keempat. Melalui rantai makanan, energi dalam bentuk makanan berpindah
dari organisme-organisme dalam tahap tropik yang terakhir. Konsep jaring
makanan sangat diperlukan untuk memahami pentingnya memelihara keanekaan.
4.
Materi dan energi
Dalam
ekosistem materi akan mengalami daur, yang disebut sebagai daur materi.
Sedangkan energi akan mengalami aliran, jadi ada aliran energi. Hukum yang
sangat penting dalam daur materi dan aliran energi adalah hukum termodinamika,
yaitu :
a) energi
tidak dapat diciptakan atau dihancurkan, hanya
mengalami transformasi. Hal ini yang dikenal denganhukum kekekalan energy.
b) Proses
energi tidak pernah spontan, kecuali perombakan dari keadaan pekat menjadi
encer. Proses transformasi energi tidak ada yang terjadi dengan 100% efisien
Hukum termodinamika erat hubungannya
dengan hukum entropi, yakni semua perubahan yang menghasilkan energi adalah
perombakan menjadi bentuk yang lebih sederhana, dan hal itu selalu berlangsung
dengan efisiensi yang tidak pernah mencapai seratus persen, oleh karena itu
selalu terjadi suatu kelebihan transformasi energi, Inilah yang berbentuk
limbah.
Aliran energi merupakan proses
ketika energi matahari beralih kedalam bentuk-bentuk lain (seperti panas,
kimia, mekanis) dan dialirkan kedalam lingkungan, melalui bermacam-macam
organisme di setiap tingkat tropik (dalam rantai makanan, dan akhirnya kembali
ke lingkungan). Aliran energi di dalam lingkungan merupakan salah satu komponen
fungsional utama yang melindungi ekosistem.
5.
Keseimbangan
Ekosistem
memiliki kemampuan untuk memelihara sendiri, mengatur sendiri serta mengadakan
keseimbangan kembali. Kemampuan seperti ini juga merupakan kemampuan individual
dari manusia atau mahluk hidup lainnya. Oleh karena itu dalam sistem kehidupan
ada kecenderungan untuk melawan perubahan atau setidaknya ada usaha untuk
berada dalam suatu keseimbangan (homeostatis).
6.
Kelentingan
Suatu
sistem akan memberikan tanggapan terhadap suatu gangguan, baik disengaja maupun
tidak, sesuai dengan kelentingan (resilience) yang dimilikinya. Dalam suatu
sistem dengan kelentingan yang besar, penyerapan gangguan tidak akan merubah
stabilitas sistem itu, artinya sistem yang mengalami gangguan tersebut, tetap
merupakan sistem semula. Sebaliknya sistem yang memiliki kelentingan kecil
dengan gangguan yang sama besarnya, dapat berubah menjadi suatu sistem baru.
Jadikel enti ngan sebenarnya merupakan sifat suatu sistem yang memungkinkannya
kembali pada stabilitas semula.
7.
Daya dukung dan strategi hidup
Daya
dukung lingkungan (carrying capacity) adalah batas teratas dari pertumbuhan
suatu populasi, diatas mana jumlah populasi tidak dapat didukung lagi oleh
sarana, sumberdaya dan lingkungan yang ada.
Berdasarkan
strategi kehidupannya, ada mahluk yang mempunyai
strategi hidup memperhatikan daya dukung lingkungan, dan akan menekan
pertumbuhan populasinya apabila jumlahnya sudah mendekati kemampuan daya dukung
lingkungannya. Ciri utama mahluk hidup yang demikian adalah yang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Sebaliknya ada mahluk yang
mempunyai strategi hidup tidak mempedulikan batas daya dukung lingkungan,mereka
berkembang biak menurut nalurinya, melampaui daya dukung, mengalami bencana
kelaparan yang menyebabkan kematian masal, sehingga populasinya terpaksa turun
di bawah kemampuan daya dukung lingkungannya. Demikian seterusnya sampai
mungkin terjadi stabilitas di bawah batas daya dukung lingkungannya, walaupun
stabilitas itu hanya akan terjadi sementara waktu.
METODE PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANG
A. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
1.
Waktu Pelaksanaan
Hari :
Sabtu-Minggu
Tanggal : 19-20 November 2011
Berangkat : Sabtu, 19 November 2011, pukul 8.30
WITA
(Tempat : Pelataran Jurusan Geografi)
Kembali :
Minggu, 20 November 2011, pukul 14.00 WITA
2. Tempat
Pelaksanaan
Praktik lapang
dilaksanakan di lima titik di Kabupaten Gowa yaitu:
Objek
1 : Pasar Sore Sungguminasa
Objek
2 : Daerah Sekitar Pabrik Kertas
Objek 3 : DAM
bili-bili
Objek 4 :
Mayarakat Malino Di Kecamatan Tinggi Moncong
Objek 5 : Pasar
Sentral Malino
B. Alasan Pemilihan Lokasi
Ada
beberapa alasan pemilihan malino sebagai lokasi praktek lapang diantaranya
adalah daerah ini merupakan daerah dataran tinggi namun jaraknya cukup dekat
dengan kota Makassar, selain itu menurut pengakuan beberapa pendatang telah terjadi banyak perubahan bila
dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir, factor lain yang menyebabkan
permasalahan lingkungan ini semakin kompleks adalah di daerah malino ini di
dominasi oleh pendatang yang membangun banyak pemukiman, melihat kekompleksan
masalah di daerah ini menjadikan sebuah alasan bagi mahasiswa yang ingin
meneliti tentang lingkungan.
Daerah yang berada diatas ketinggian 1.500
DPL, ini juga pemasok utama tanaman holtikultura ke Kota Makassar dan
sekitarnya, bahkan hasil dari perkebunan ini sebahagian sudah di ekspor
kebeberapa negara di Asia dan Eropa. Keadaan geografisnya di Kecamatan
Tinggimoncong memang indah dan khas. Kesemuanya ini baik langsung maupun tidak
langsung menambah pendapatan penduduk, sehingga penduduk akan sejahtera,
disamping itu perpindahan penduduk ke daerah ini meningkat dari tahun ke tahun,
tapi dibalik itu semua kita juga perlu menyadari akan dampak negatif yang
timbul sebagai efek dari geliat ekonomi di daerah ini
Atas
alasan inilah, sehingga kami mengambil daerah Malino. Kecamatan Tinggimoncong,
Kabupaten Gowa sebagai sampel dari praktik lapang mata kuliah Pengetahuan
Lingkungan.
C. Alat dan Bahan yang Dipersiapkan
Adapun alat dan bahan yang digunakan
yakni :
1.
Alat
:
a. Kamera
b. Alat tulis
2.
Bahan:
a. Kuesioner
b. Alat tulis menulis
c. Kertas Double Folio
D. Susunan Kegiatan di Lapangan
1.
Persiapan
a.
Pembentukan
kelompok praktek lapang
b.
Penentuan
lokasi dan waktu praktek lapang
2.
Kegiatan
Inti
a. Objek 1 : Pemukiman masyarakat
Pasar Sungguminasa
Di
daerah sekitar Pasar Sungguminasa,
dilakukan wawancara dengan warga setempat dan menanyakan seputar tentang
keadaan keluarga dan lingkungan dengan 2 responden.
b. Objek 2 : Pemukiman masyarak disekitar bekas
pabrik kertas Bonto marannu
Di daerah sekitar pabrik kertas, dengan kegiatan
yang sama pada lokasi 1 dilakukan wawancara pada 2 responden.
c.
Objek 3 : Dam bili-bili
Lokasi ketiga di DAM Bili-Bili,
dilakukan pengamatan terhadap daerah sekitar bendungan Bili-Bili tersebut.
d.
Objek 4 : Malino kecamatan tinggimoncong
Hari pertama di Malino,
dilakukan wawancara dengan warga masyarakat malino sebanyak 10 responden. Kemudkian
dilaporkan,. Pada hari kedua kembali dilakukan wawancara dengan masyarakat
sebanyak 10 responden dengan pengharusan responden yaitu wisatawan dan penduduk
lokal. Setelah itu dilakukan MID semester mata kuliah Pengetahuan Lingkungan.
e.
Objek 5 : pasar Sentral Malino
Di lokasi ini peserta diberikan
kebebasan untuk berbelanja dan merupakan lokasi santai bagi peserta setelah
mengikuti praktek lapang selama dua hari.
3.
Kegiatan
Pasca Praktek
a. Pembuatan laporan lengkap praktek
lapang ISBD
b. Asistensi laporan ISBD
c. Pengumpulan laporan ISBD
E.
Teknik Pengumpulan Data
Pada
praktikum ini dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan :
1.
Kuesioner
Kuesioner yang dimaksud disini
adalah 3 lembar kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden. Kemudian diisi dengan
berbagai options yang akan dijawab oleh responden.
2.
Wawancara
Untuk mengisi kuisioner yang telah tersedia maka dilakukan wawancara
kepada masyarakat sebagai narasumber.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi disini dalam bentuk foto
sebagai bukti bahwa telah melakukan wawancara kepada responden.
4.
Observasi
Observasi yaitu melakukan wawancara
secara langsung, bagaimana responden menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang di berikan.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi Praktek
Secara geografi
Kabupaten Gowa terletak pada koordinat antara
33’ 6” sampai
34’ 7” Lintang Selatan dan
38’ 6” sampai
33’ 6” Bujur Timur. Kabupaten Gowa terletak di bagian selatan Pulau
Sulawesi. Ibukotanya Sungguminasa dengan jarak sekitar 6 km dari ibukota
Makassar. Dengan luas wilayah 1.883,33 km atau sama dengan 3,01% dari luas
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18
Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan 726
Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi
berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yakni Kecamatan
Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan,
Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan
topografi tanah yang datar meliputi 9 Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu,
Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat,
Bontonompo dan Jumlah penduduk Kabupaten
Gowa sampai dengan tahun 2005 mecapai 575 295 jiwa yang terdiri atas 283.291
jiwa laki-laki dan 291.882 jiwa perempuan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Gowa sebagai berikut :
Sebelah
Utara : Kotamadya Makassar dan
Kabupaten Maros
Sebelah
Selatan : Kabupaten Takalar dan
kabupaten Jeneponto
Sebelah Timur :
Kabupaten Sinjai, Bulukumba dan Bantaeng.
Sebelah
Barat : Kota Makassar dan
Kabupaten Takalar
19
|
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada peta Kabupaten Gowa di bawah ini
B. Gambaran Umum Kondisi Sosial
Ekonomi
1.
Kondisi Warga (Rumah Tangga)
a.
Pemukiman Pasar Sungguminasa
Lokasi pertama bertempat di
sekitar daerah Pasar Sore Sungguminasa, Kabupaten Gowa. Di daerah ini
lingkungannya sangat memperihatinkan karena banyaknya sampah yang berserakan di
sekitar pasar.
b.
Pemukiman Penduduk disekitar Pabrik
Kertas Gowa
Dilihat dari segi pemukimannya, daerah ini masih tidak teratur. Rumah warga yang satu
dengan rumah warga yang lain terpisah jarak yang cukup jauh. Rumah penduduk
pun sebagian masih tergolong pemukiman yang kurang layak.
Namun,
jalanan di daerah ini sudah cukup baik karena berdasarkan informasi dari
responden, bantuan pemerintah, khususnya pembangunan jalan cukup lancar.
c.
Pemukiman Masyarakat Malino
Kondisi warga di daerah ini
sudah tergolong bagus hal ini ditunjukkan dengan banyaknya rumah penduduk yang
telah diubah dari non permanen menjadi non permanen bahkan permanen, selain itu
di daerah ini sudah banyak rumah-rumah penduduk yang didesain dan dibuat dengan
arsitektur modern dengan jarak antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya
begitu teratur.
2. Mata
Pencaharian Warga
a.
Pemukiman Pasar Sungguminasa
Mata pencaharian masyarakat di lingkungan pasar
sungguminasa sangat berfariatif mulai dari PNS, tukang becak, pedagang dan
lain-lain.
b.
Pemukiman Penduduk disekitar Pabrik
Kertas Gowa
Mata pencaharian sebagian besar
masyarakat di daerah ini adalah pedagang
dan buruh pabrik. Sebenarnya dulu masyarakatnya sebagian besar adalah
karyawan di pabrik kertas, akan tetapi sejak pabrik itu di tutup, masyarakat
cukup kesulian dalam memenuhi kebutuhan, sehingga yang hanya dapat mereka
lakukan adalah berjualan berhubung mereka juga tidak punya cukup keterampilan
dan skill untuk melamar pekerjaan di tempat lain. Dengan kata lain, kita dapat
menyimpulkan bahwa kondisi warga di daerah ini masih berada pada tahap menengah
ke bawah karena mereka masih merasa kekurangan biaya dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
c.
Pemukiman Masyarakat Malino
Mata pencaharian
penduduk di daerah ini homogeny atau mayoritasnya adalah pedagang. Hal ini
disebabkan karena tingginya tingkat pariwisata di daerah ini sehingga masyaraka
menilai dan menganggap bahwasany berdagang merupakan pekerjaan yang cukup[
menjanjikan bila dikembnagkan secara profesinal di daerah ini.
3.
Hubungan Sosial Budaya Antar Warga
a.
Pemukiman Pasar sungguminasa
Hubungan sosial budaya
penduduk lingkungan pasar sungguminasa, cukup baik, meskipun lingkungan
pemukiman mereka cukup kumuh dan posis rumah mereka yang tidak beraturan. Hal
itu terbukti dengan adanya sikap tenggang rasa yang tinggi antar sesama warga.
Budaya pun tetap mereka lestarikan. Mereka senantiasa menjunjung tinggi budaya kebersamaan
dalam berbagai hal.
b.
Pemukiman Penduduk disekitar Pabrik
Kertas Gowa
Penduduk di daerah ini cukup
menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang ada. Hubungan social antar warga pun
terbilang erat. Jika ada sebuah acara, mereka saling berpartisipasi demi
menjaga tali silaturahmi antar sesama.
c.
Pemukiman Masyarakat Malino
Hubungan sosial budaya di
lokasi ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan lokasi sebelumnya.
Baik itu hubungan social antar warga maupun nilai budaya masih sangat terjaga
dengan baik.
d.
Pemukiman Masyarakat Kanreapia
Pada lokasi ini, hubungan
social budaya antar warga sangat baik dan sangat erat. Selain karena masyarakat
di daerah ini cukup homogeny, mereka juga masih memegang adat-istiadat dari
nenek moyang terutamadalam hal kegotong-royongan dan budaya malu. Mereka
memiliki rasa kerja sama yang sangat tinggi. Sebagai contoh, jika ada seorang
warga yang hendak membangun rumah, maka seluruh warga turut berpartisipasi
membantu pembangunan tersebut tanpa upah atau gaji, tidak seperti masyarakat
kota pada umumnya.
C. Gambaran Umum Kondisi Fisik
1.
Morfoligi Wilayah
a.
Pemukiman Bumi Batara Gowa
Tanah di lokasi
ini tanah yang berlumpur
dan cukup rendah, akibatnya banyak genangan air di sekitar perumahan warga.
b. Pemukiman Penduduk
disekitar Pabrik Kertas Gowa.
Tanah di daerah
ini termasuk daerah yang tanahnya berbatu. Karena termasuk
dataran rendah, maka tipe hidrologinya ialah air tanah dan juga di daerah ini
menggunakan air Pompa Air Minum
(PAM).
c. Pemukiman Masyarakat
Malino
Wilayah
Kecamatan Tinggimoncong memiliki topografi yang bervariasi, secara umum mulai
dari datar, datar berbukit, datar bergelombang, bergelombang, dan curam. Jenis tanah di
Kecamatan Tinggimoncong antara lain Tropodult, Troporthent, dan Tropohumult.
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson bahwa dikecamatan Tinggimoncong
memiliki jumlah rata – rata bulan basah 9 (>100mm) dan rata – rata bulan
kering 3(<65mm) termasuk dalam tipe iklim C. Kecamatan Tinggimoncong
memiliki curah hujan tertinggi pada bulan Desember, Januari, Februari.
Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dan September. Adapun
penggunaan lahan di Kecamatan Tinggimoncong pada umumnya didominasi oleh hutan,
selain itu juga banyak terdapat belukar, lading.
Ketinggian daerah ini juga
bervariasi antara:
Ø 0
– 25 m seluas 437,64 km;
Ø 25
– 100 m seluas 89,53 km;
Ø 100
– 500 m seluas 338,34 km;
Ø 500
– 1000 m seluas 439,79 km;
Ø diatas
1000 m seluas 350,03 km.
2. Kemiringan Lereng
Klasifikasi kemiringan lereng yang dikeluarkan oleh
Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum Tahun 1992, menerangkan bahwa :
a.
Kemiringan
lereng antara 0 - 8 % merupakan daerah datar sehingga memiliki daya dukung lahan
yang tinggi bagi pengembangan segala aktifitas kota.
b.
Kemiringan
lereng antara 8 -15 merupakan daerah datar yang memiliki daya dukung lahan
tinggi bagi pengembangan kota.
c.
Kemiringan
lahan 15 – 25 % merupakan daerah landai dengan daya dukung lahan sedang bagi
pengembangan.
d.
Kemiringan
lereng 25 – 40 % merupakan daerah yang curam dengan daya dukung lahan rendah,
tidak cocok untuk daerah perkotaan.
e.
Kemiringan
lereng >40 % merupakan daerah sangat curam, daerah dengan daya dukung lahan
yang sangat rendah dan tidak cocok untuk di alokasikan sebagai daerah
perkotaan.
Untuk
daerah Pemukiman Pasar Sungguminasa dan Pemukiman Penduduk disekitar Pabrik
Kertas Gowa, dan Pemukiman Masyarakat Parangloe memiliki kemiringan lereng yang
kurang signifikan.
3. Suhu Daerah Setempat
Suhu pada daerah Pemukiman Pasar Sungguminasa dan
Pemukiman Penduduk disekitar Pabrik Kertas Gowa, berkisar 270C - 320C. Suhu di daerah ini
berada di atas suhu normal sebagian besar wilayah di Indonesia yakni 270C
karena dipengaruhi oleh beberapa factor salah satunya adalah tingginya tingkat
polusi sehingga pemanasan global pun tak terelakkan.
Dari hasil observasi, menurut penduduk local dan
para pendatang suhu di Malino, Kecematan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa telah
mengalami perubahan. Dari tahun ke tahun perbahan suhu telah terjadi. Suhunya
sudah tidak sesejuk yang dulu. Hal ini terjadi karena beberapa factor yaitu
antara lain:
a. Bertambah
banyaknya penduduk Malino. Hal ini disebabkan banyaknya pendatang yang menetap.
b. Terjadinya
perubahan tata ruang lingkungan, yang dulunya merupakan hutan kini menjadi
pemukiman.
D.
Gambaran
Lingkungan Akibat Pendatang
Akibat
dari banyaknya pendatang yang menetap di daerah malino memberikan pengaruh
besar terhadap lingkungan daerah setempat. Misalnya yaitu terjadinya perubahan
suhu, sekarang suhunya sudah tidak terlalu dingin di bandingkan dari
tahun-tahun sebelumnya. Kemudian memberikan perubahan terhadap tata ruang dari
daerah malino. Daerah yang dulunya hutan kini menjadi daerah pemukiman.
E.
Pembahasan
Kegiatan
Praktek lapang yang diadakan di Malino (secara umum), Kecamatan Tinggimoncong,
Kabupaten Gowa. Dalam pengenalan lapangan ini, kami para mahasiswa terjun
langsung ke lokasi tersebut untuk melakukan survei kemasyarakat setempat guna
mengetahui keadaan lingkungan, iklim, serta hubungan masyarakat dengan
lingkungan yang ada di desa tersebut. Kami berinteraksi langsung dengan
masyarakat setempat guna mendapatkan data-data atau informasi yang berkaitan
dengan studi lapangan kami. Jumlah warga yang kami wawancarai sebanyak 20 orang
dan hasil yang didapat dari wawancara ini adalah rata-rata pendidikan warga
sebagian besar hanya tamat SMA dan SMP berdasarkan wawancara langsung dengan
responden ternyata yang menyebabkan rendahnya jenjang pendidikan itu karena beberapa
factor diantaranya jarak sekolah yang sangat jauh ditambah lagi kondisi jalan
yang rusak, masih minimnya kesadaran orang tua terdahulu akan pentingnya
pendidikan sehinggah baru saat inilah mereka menyadari semua itu.
Fakta
lain yang didapat yakni mengenai pekerjaan dimana rata-rata pekerjaan
masyarakat didaerah tersebut bergantung pada alam yaitu mereka bercocok tanam
dan hanya sebagian dari masyarakat yang bekerja selain itu misalnya tukang
kayu, pedagang, wiraswasta dan guru. Dari hasil bercocok tanam banyak
masyarakat yang mengeluh masalah keuntungan yang diperoleh karena harga jual
dilapangan tidak sesuai dengan harga yang sesungguhnya, hal ini disebabkan
karena jauhnya jarak yang ditempuh pembeli sehingga mereka mengurangi harga
beli pada petani, selain itu masyarakat juga mengeluh masalah pertanian
disebabkan karena kondisi iklim yang merugikan masyarakat utamanya pada musim
hujan karena pada musim ini banyak tanaman yang rusak.
Bila
dilihat pada lingkungan perkebunan terlihat sekali pemandangan yang sangat
indah dari kondisi lingkungan yang penuh dengan tanaman yang teratur serta
sengkedang yang tampak jelas pada lading-ladang petani. Kondisi lingkungan
seperti ini memberikan daya tarik sendiri bagi para wisatawan sehinggah sering
orang dari luar malino datang untuk melihat daerah tersebut dan ini bisa
menjadi dorongan untuk pemerintah agar lebih memperhatikan lingkungan daerah
tersebut menjadi lebih baik lagi.
Menurut
salah seorang responden, sebenarnya malino telah layak intuk berdiri sendiri
sendiri sebagai suatu kabupaten dan mengurus pemerintahannya sendiri, dan hanya
dengan hla itu pembanguna dan pengelolaan lingkungan di malino akan maksimal
jika malino berdiri sendiri sebagai suatui kabupaten, namun ujarnya, hal ini
tidak akan terjadi jika tidak ada yang ingin memulai untuk melakukan perubahan
kejalan yang lebih tinggi karena hanya dengan perubahan daerah malino akan maju
dan dapat bersaing dengan daerah-daerah lain di sulaweasi atau bahkan di
Indonesia.
Kondisi
lingkungan di daerah tersebut masih diperhatikan oleh masyarakat dan juga
pemerintah seperti membuat aturan mengenai penebangan liar dan pada aturan itu
juga dikatakan bahwa jika mau membuat bangunan dari kayu maka pohon kayu
ditanam bertahun tahun sebelum ditebang itu pun jika mau menanam pohon harus
ada izin dari pemerintah. Daerah ini merupakan daerah yang masyarakatnya
sebagian besar bercocok tani. Hal ini menyebabkan hutan dahulu yang lebat
sekarang sudah gundul, namun masyarakat mengerti mengenai hal ini sehinggah
mereka menanam tanama berupa rumput-rumput yang berfunsi menyerap air bila
musim hujan sehinggah bencana longsor dapat dikendalikan.
Dilihat
dari kondisi air mereka memperoleh air itu berasal dari PAM. Jadi, dapat
dikatan bahwa sumber air rata-rata sumber air yang besih. Hal lain yaitu
mengenai sampah. Sampah yang dibuang masyarakat umumnya dibuatkan lubang
kemudian jika sudah penuh maka akan ditutup, dan ada juga yang langsung
membuang dibelakang rumah saja tanpa mnggali lubang kondisi sampah ini sangat
membahayakan jika sudah menumpuk karena menghasilkan pencemaran yang
menyebabkan timbulnya berbagai macam wabah penyakit. Selain itu, sebagian
masyarakat yang dekat sungai membuang sampahnya di sungai tersebut. Daerah
Malino ini memiliki suhu yang sangat dingin sehingga banyak masyarakat yang
menghentikan aktivitasnya pada sore hari sekitar setengah lima, karena kondisi
ini juga kebanyakan dari pohon besarnya adalah pohon pinus dan tanaman yang
ditanaman petani berupa tanaman yang tahan terhadap suhu tersebut. dan jika
dilihat dari segi kebiasaan masyarakat jarang sekali melakukan perkumpulan-perkumpulan
seperti masyarakat pada umumnya di daerah lain, hal ini mungkin dikarenakan
karena suhu yang dingin sehingga jarang masyarakat yang keluar melakukan hal
itu apalagi pada saat malam hari. Meskipun demikian, sebagian dari mereka juga
ikut dalam kegiatantan social yang dilakukan di daerah tersebut yaitu kegiatan
gotong royong atautau bekerja bakti
dalam pembersihan masjid, dan lain-lain.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi
sosial masyarakat, khususnya di Kabupaten Gowa sangat bagus, karena
ketidakadanya perselisihan-perselisihan yang terjadi antar warga masyarakat.
2. Kondisi
ekonomi masyarakat khususnya di Kabupaten Gowa, umumnya di atas rata-rata,
namun pada saat musim penghujan, karena dominan bekerja sebagai petani maka
hasil pertaniannya kurang baik.
3. Kondisi
fisik wilayah di Kabupaten Gowa, khususnya di daerah Tinggimoncong, wilayahnya memiliki topografi
yang bervariasi, secara umum mulai dari datar, datar berbukit, datar
bergelombang, bergelombang, dan curam.
4. Pendatang
yang menetap di daerah malino,
memberikan pengaruh yang besar terhadap wilayah tersebut. Karena selain
terjadinya pertambahan penduduk memungkinkan juga terjadinya perubahan tata
ruang yang menyebabkan terjadinya perubahan suhu di daerah tersebut, yang
dulunya begitu sejuk kini menjadi kurang sejuk dari sebelumnya.
B.
Saran
- Sebaiknya masyarakat agar lebih menjaga kebersihan
lingkungannya dengan tidak membuang sampah disembarang tempat dan
mengurangi ekploitasi lahan, terutama pada hutan.
- Diharapkan kepada pemerintah setempat agar lebih
memperhatikan kelestarian lingkungan, dengan menindak tegas para pelaku
perusak lingkungan.
- Diharapkan kepada semua peserta praktikum agar
kiranya dapat berpartisipasi aktif
dalam melakukan kegiatan pendataan beserta kegiatan lainnya yang bersinggungan
langsung dengan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Leo, Nurzakariah, dkk. 2011. Modul Pengetahuan Lingkungan. Makassar:
FMIPA UNM.
Dharma, Agus. 2011. Banjir. Staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/. Diakses tanggal 13
Desember 2011
Renstrada.
2009. Lingkungan. Jakarta: Pemprov
DKI Jakarta
Soerjaamadja, R.E.S. 1981. Ilmu Lingkungan. Bandung:
ITB
Soerjani,
M. 1985. Alam Sebagai Sumber Moral. Diskusi panel PPSML-kelompok alumni
filsafat.jakarta. 18 juli 1985
Soerjani,
M. 1987. KUrsus dasar-dasar Analiosis
Dampak Lingkungan-UI XVII, 4-20 Desember 1987. Psml-UI, Jakarta.
thanks.........
ReplyDelete