Hukum Archimedes
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hukum Archimedes
Archimedes dari Syracusa (sekitar 287 SM - 212
SM) Ia belajar di kota
Alexandria, Mesir. Pada waktu itu yang menjadi raja di Sirakusa adalah Hieron
II, sahabat Archimedes. Archimedes sendiri adalah seorang matematikawan, astronom, filsuf, fisikawan,dan insinyur berkebangsaan Yunani. dibunuh oleh seorang prajurit Romawi pada
penjarahan kota Syracusa, meskipun ada perintah dari jendral Romawi, Marcellus bahwa ia tak boleh dilukai. Sebagian
sejarahwan matematika memandang Archimedes sebagai salah satu matematikawan
terbesar sejarah, mungkin bersama-samaNewton dan Gauss.
Ia menemukan hukum pada
sebuah peristiwa yang disebut dengan Hukum Archimedes yang berbunyi “jika benda dimasukkan ke
dalam cairan, baik sebagian atau seluruhnya, akan mendapatkan gaya ke atas
sebesar berat cairan yang dipindahkan benda itu”. Misalnya air mempunyai
volume tertentu, jika sebuah benda dimasukkan ke dalam air tersebut, maka
permukaan air akan terdesak atau naik. Dengan kata lain, berat benda
seolah-olah menjadi lebih ringan. Hal ini karena adanya gaya ke atas yang
sering disebut gaya Archimedes.
Archimedes juga digolongkan sebagai salah satu
ahli matematika kuno dan merupakan yang terbaik dan terbesar di jamannya.
Perhitungan dari Archimedes yang akurat tentang lengkungan bola di jadikan konstanta
matematika untuk Pi atau π.
Ketika kita menimbang batu di dalam air, berat
batu yang terukur pada timbangan pegas menjadi lebih kecil dibandingkan dengan
ketika kita menimbang batu di udara (tidak di dalam air). Massa batu yang
terukur pada timbangan lebih kecil karena ada gaya apung yang menekan batu ke
atas. Efek yang sama akan dirasakan ketika kita mengangkat benda apapun dalam
air. Batu atau benda apapun akan terasa lebih ringan jika diangkat dalam air.
Hal ini bukan berarti bahwa sebagian batu atau benda yang diangkat hilang
sehingga berat batu menjadi lebih kecil, tetapi karena adanya gaya apung. Arah
gaya apung ke atas, alias searah dengan gaya angkat yang kita berikan pada batu
tersebut sehingga batu atau benda apapun yang diangkat di dalam air terasa
lebih ringan.
Keterangan gambar :
Fpegas = gaya pegas, w = gaya berat batu, F1 =
gaya yang diberikan fluida pada bagian atas batu, F2 = gaya
yang diberikan fluida pada bagian bawah batu, Fapung = gaya apung.
Fapung merupakan gaya total yang diberikan fluida pada batu
(Fapung = F2 - F1). Arah gaya apung (Fapung) ke
atas, karena gaya yang diberikan fluida pada bagian bawah batu (F2)
lebih besar daripada gaya yang diberikan fluida pada bagian atas batu (F1).
Hal ini dikarenakan tekanan fluida pada bagian bawah lebih besar daripada
tekanan fluida pada bagian atas batu.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan menemukan
bahwa benda yang dimasukan ke dalam fluida seperti air misalnya, memiliki berat
yang lebih kecil daripada ketika benda tidak berada di dalam fluida tersebut.
Dirimu mungkin sulit mengangkat sebuah batu dari atas permukaan tanah tetapi
batu yang sama dengan mudah diangkat dari dasar kolam. Hal ini disebabkan
karena adanya gaya apung sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Gaya apung
terjadi karena adanya perbedaan tekanan fluida pada kedalaman yang berbeda.
Seperti yang dijelaskan pada pokok bahasan Tekanan pada Fluida, tekanan fluida
bertambah terhadap kedalaman. Semakin dalam fluida (zat cair), semakin besar
tekanan fluida tersebut. Ketika sebuah benda dimasukkan ke dalam fluida, maka
akan terdapat perbedaan tekanan antara fluida pada bagian atas benda dan fluida
pada bagian bawah benda. Fluida yang terletak pada bagian bawah benda memiliki
tekanan yang lebih besar daripada fluida yang berada di bagian atas benda.
(perhatikan gambar di bawah).
Pada gambar di atas, tampak sebuah benda melayang di dalam air.
Fluida yang berada dibagian bawah benda memiliki tekanan yang lebih besar
daripada fluida yang terletak pada bagian atas benda. Hal ini disebabkan karena
fluida yang berada di bawah benda memiliki kedalaman yang lebih besar daripada
fluida yang berada di atas benda (h2 > h1).
Besarnya tekanan fluida pada kedalamana h2 adalah :
Besarnya tekanan fluida pada kedalamana h1 adalah :
F2 = gaya yang diberikan oleh fluida pada bagian
bawah benda, F1 = gaya yang diberikan oleh fluida pada bagian
atas benda, A = luas permukaan benda. Selisih antara F2 dan F1 merupakan
gaya total yang diberikan oleh fluida pada benda, yang kita kenal dengan
istilah gaya apung. Besarnya gaya apung adalah :
Keterangan :
Karena
(ingat kembali persamaan massa jenis!)
Maka persamaan yang menyatakan besarnya gaya apung (Fapung) di
atas bisa kita tulis menjadi :
mFg = wF = berat fluida yang memiliki volume yang sama dengan
volume benda yang tercelup.
Berdasarkan persamaan di atas, kita bisa
mengatakan bahwa gaya apung pada benda sama dengan berat fluida yang dipindahkan.
Ingat bahwa yang dimaksudkan dengan fluida yang dipindahkan di sini adalah
volume fluida yang sama dengan volume benda yang tercelup dalam fluida. Pada
gambar di atas, penulis menggunakan ilustrasi di mana semua bagian benda
tercelup dalam fluida (air). Jika dinyatakan dalam gambar maka akan tampak
sebagai berikut :
Apabila benda yang
dimasukkan ke dalam fluida, terapung, di mana bagian benda yang tercelup hanya
sebagian maka volume fluida yang dipindahkan = volume bagian benda yang
tercelup dalam fluida tersebut. Tidak peduli apapun benda dan bagaimana bentuk
benda tersebut, semuanya akan mengalami hal yang sama. Ini adalah buah karya
Archimedes (287-212 SM) yang saat ini diwariskan kepada kita dan lebih dikenal
dengan julukan “Prinsip Archimedes”. Prinsip Archimedes menyatakan
bahwa :
Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat
cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, di mana
besarnya gaya ke atas (gaya apung) sama dengan berat zat cair yang dipindahkan.
Kita bisa membuktikan prinsip Archimedes dengan
melakukan percobaan sederhana berikut. Masukan air ke dalam sebuah wadah (ember
dll). Usahakan sampai meluap sehingga ember tersebut benar-benar penuh terisi
air. Setelah itu, silahkan masukan sebuah benda ke dalam air. Setelah benda
dimasukan ke dalam air, maka sebagian air akan tumpah. Volume air yang tumpah =
volume benda yang tercelup dalam air tersebut. Jika seluruh bagian benda
tercelup dalam air, maka volume air yang tumpah = volume benda tersebut. Tapi
jika benda hanya tercelup sebagian, maka volume air yang tumpah = volume dari
bagian benda yang tercelup dalam air. Besarnya gaya apung yang diberikan oleh air pada benda = berat air yang tumpah (berat air
yang tumpah = w = m x g = massa jenis air x volume air yang tumpah x percepatan gravitasi). Volume air yang tumpah = volume benda yang
tercelup dalam air.
Secara sistematis, hukum archimedes dapat ditulis sebagai
berikut :
FA = ρa Va g
FA = gaya angkat ke atas pada benda (N)
ρa = massa jenis zat cair (kg/m3)
Va = volume zat cair yang terdesak (m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
Tiga keadaan benda di dalam zat cair :
Melayang
ρb, rata-rata = ρf
w = Fa
Keterangan
ρb = massa jenis benda
ρf = massa jenis fluida
w = berat benda
Fa = gaya Apung
Tenggelam
ρb, rata-rata > ρf
w > Fa
Keterangan
ρb = massa jenis benda
ρf = massa jenis fluida
w = berat benda
Fa = gaya Apung
Terapung
ρb, rata-rata < ρf
w = Fa
Keterangan
ρb = massa jenis benda
ρf = massa jenis fluida
w = berat benda
Fa = gaya Apung
·
Pengungkit Archimedes
Bahasa latinnya “Dos moi pou sto kai kino taen
gaen” dan diterjemahkan ke bahasa inggris artinya “Give me a place to stand,
and I will move the world”. Kutipan dari Archimedes (menurut literatur). Inilah
latar belakang lahirnya kutipan ini. Benda yang beratnya 1 kg (10 Newton) bisa
diangkat dengan gaya cuma 5 Newton. Gimana caranya? Pakai asas pengungkit. Yang
penting adalah perbandingan panjang papannya adalah 1:2 Gambarnya ada di bawah:
Kalau gayanya cuma ingin 1 N. Bikin perbandingan papannya jadi
1:10. Intinya perbandingannya harus sama dengan perbandingan berat benda yang
ingin diangkat dengan gaya yang digunakan untuk mengangkat. Intinya, dengan
menggunakan pengungkit, dia bisa mengangkat Bumi betapapun beratnya Bumi itu.
Prinsipnya sederhana. Tinggal mencari tahu perbandingan berat Bumi dengan berat
Archimedes. Kemudian bikin papan dengan perbandingan yang sama. Dengan berdiri
di papan yang lebih panjang, maka Archimedes akan mengangkat Bumi.
·
Hidrometer
Hidrometer
merupakan alat untuk mengukur berat jenis atau massa jenis zat cair. Jika
hidrometer dicelupkan ke dalam zat cair, sebagian alat tersebut akan tenggelam.
Semakin besar massa jenis zat cair, semakin sedikit bagian hidrometer yang
tenggelam. Hidrometer banyak digunakan untuk mengetahui besar kandungan air
pada bir atau susu.
Hidrometer
terbuat dari tabung kaca. Supaya tabung kaca terapung
tegak dalam zat cair, bagian bawah tabung dibebani dengan butiran timbal. Diameter bagian bawah tabung kaca dibuat lebih besar supaya volume zat cair yang dipindahkan hidrometer lebih besar. Dengan demikian, dihasilkan gaya ke atas yang lebih besar dan hidrometer dapat mengapung di dalam zat cair.
tegak dalam zat cair, bagian bawah tabung dibebani dengan butiran timbal. Diameter bagian bawah tabung kaca dibuat lebih besar supaya volume zat cair yang dipindahkan hidrometer lebih besar. Dengan demikian, dihasilkan gaya ke atas yang lebih besar dan hidrometer dapat mengapung di dalam zat cair.
Tangkai tabung
kaca hidrometer didesain supaya perubahan kecil dalam berat benda yang
dipindahkan (sama artinya dengan perubahan kecil dalam massa jenis zat cair)
menghasilkan perubahan besar pada kedalaman tangki yang tercelup di dalam zat
cair. Artinya perbedaan bacaan pada skala untuk berbagai jenis zat cair menjadi
lebih jelas.
·
Jembatan
Ponton
Jembatan
ponton adalah kumpulan drum-drum kosong yang berjajar sehingga menyerupai
jembatan. Jembatan ponton merupakan jembatan yang dibuat berdasarkan prinsip
benda terapung. Drum-drum tersebut harus tertutup rapat sehingga tidak ada air
yang masuk ke dalamnya. Jembatan ponton digunakan untuk keperluan darurat.
Apabila air pasang, jembatan naik. Jika air surut, maka jembatan turun. Jadi,
tinggi rendahnya jembatan ponton mengikuti pasang surutnya air.
·
Kapal
Laut
Pada saat kita
meletakkan sepotong besi pada bejana berisi air, besi akan tenggelam. Namun,
mengapa kapal laut yang massanya sangat besar tidak tenggelam? Bagaimana konsep
fisika dapat menjelaskannya? Agar kapal laut tidak tenggelam badan kapal harus
dibuat berongga. hal ini bertujuan agar volume air laut yang dipindahkan oleh
badan kapal menjadi lebih besar. Berdasarkan persamaan besarnya gaya apung
sebanding dengan volume zat cair yang dipindahkan, sehingg gaya apungnya
menjadi sangat besar. Gaya apung inilah yang mampu melawan berat kapal,
sehingga kapal tetap dapat mengapung di permukaan laut.
·
Kapal
Selam dan Galangan Kapal
Pada dasarnya
prinsip kerja kapal selam dan galangan kapal sama. Jika kapal akan menyelam,
maka air laut dimasukkan ke dalam ruang cadangan sehingga berat kapal
bertambah. Pengaturan banyak sedikitnya air laut yang dimasukkan, menyebabkan
kapal selam dapat menyelam pada kedalaman yang dikehendaki. Jika akan
mengapung, maka air laut dikeluarkan dari ruang cadangan. Berdasarkan konsep
tekanan hidrostastis, kapal selam mempunyai batasan tertentu dalam menyelam.
Jika kapal menyelam terlalu dalam, maka kapal bisa hancur karena tekanan
hidrostatisnya terlalu besar. Untuk memperbaiki kerusakan kapal bagian bawah, digunakan
galangan kapal. Jika kapal akan diperbaiki, galangan kapal ditenggelamkan dan
kapal dimasukkan. Setelah itu galangan diapungkan. Galangan ditenggelamkan dan
diapungkan dengan cara memasukkan dan mengeluarkan air laut pada ruang
cadangan.
·
Balon
udara
Balon udara
adalah penerapan prinsip Archimedes di udara. Balon udara harus diisi dengan
gas yang massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis udara atmosfer sehingga
balon udara dapat terbang karena mendapat gaya ke atas, misalnya diisi udara
yang dipanaskan.
B.
Dasar Ontologi Hukum Archimedes
Ontologi merupakan salah satu kajian
kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas
keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan
yang bersifat ontologis ialah seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada
masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan.
Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham, yaitu: (1)
Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme; (2)
Paham dualisme, dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham
ontologik.
Ontologi ilmu membatasi diri pada
ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang
bisa diamati melalui panca indera manusia. Wilayah ontologi ilmu terbatas pada
jangkauan pengetahuan ilmiah manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang
berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan
pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan
lainnya di luar iimu. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme,
naturalisme, empirisme
Ontologi adalah
analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan, yaitu hal-hal atau
benda-benda empiris. Ontologis membahas tentang apa yang ingin diketahui.
Ontologi menganalisa tentang objek apa yang diteliti ilmu? Bagaimana wujud yang
sebenar-benarnya dari objek tersebut? bagaimana hubungan antara objek tadi
dengan daya tangkap manusia (misalnya: berpikir, merasa dan mengindera) yang
menghasilkan pengetahuan?.
Berdasarkan
penjelasan diatas, dapat dijelaskan bahwa hukum archimedes memiliki objek
telaah yang menjadikannya sebagai bagian dari ilmu fisika. Hubungan antara
hukum archimedes seperti penjelasan pada
bagian sebelumnya dengan dasar ontologi akan dijabarkan dalam beberapa paragraf-paragraf
selanjutnya.
Objek telaah
dari hukum archimedes ada dua yaitu objek material dan objek formal. Obyek
material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti fluida,
dan massa jenis adalah obyek material hukum archimedes. Adapun obyek formalnya merupakan
metode untuk memahami obyek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan
deduktif.
Dalam
perspektif ini dapat penulis uraikan bahwa huku Archimedes pada prinsipnya
memiliki dua obyek substantif (Fakta dan kebenaran)
a. Fakta
Objek kajian dalam hukum Archimedes
merupakan fakta. Fakta adalah pengamatan yang telah
diverifikasi secara empiris. Fakta dalam prosesnya kadangkala dapat menjadi
sebuah ilmu namun juga sebaliknya. Fakta tidak akan dapat menjadi sebuah ilmu manakala
dihasilkan secara random saja. Namun bila dikumpulkan secara sistematis dengan
beberapa system serta dilakukan secara sekuensial, maka fakta tersebut mampu
melahirkan sebuah hukum atau bahkan ilmu. Fakta atau kenyataan memiliki
pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandang filosofis yang
melandasinya. Contoh fakta yang dikaji atau dibahas dalam hukum Archimedes
adalah seperti tumpahnya air dalam baskom yang penuh ketika dimasukkan suatu
benda.
b. Kebenaran
"Kebenaran/keadaan benar itu
berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh sebuah pendapat dengan apa
yang sungguh merupakan halnya/faktanya". Menurut teori ini dinyatakan
bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian [correspondence]
antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh
terjadi merupakan kenyataan atau faktanya. Ada berbagai macam kebenaran,
beberapa diantaranya adalah:
1. Kebenaran korespondensi
2. Kebenaran koherensi/konsistensi
3. Kebenaran performatif
4. Kebenaran pragmatic
5. Kebenaran proposisi
Kebenaran hukum Archimedes sudah
terbukti secara korespondensi, koherensi, performatif, pragmatic, dan
proposisi. Hukum Archimedes merupakan suatu kebenaran karena bunyi hukum
tersebut/teori Archimedes telah tebukti secara ilmiah dan sesuai dengan keadaan
alamiah sutau benda.
Berikutnya keterhubungan antar objek kajian Archimedes
dengan hukum Archimedes itu sendiri adalah dapat dilihat pada penjelasan bagian
A dimana pada bagian A telah dijelaskan bahwa antara gaya apung, massa jenis,
volume zat cair yang dipindahkan dan percepatan gravitasi dapat dihubungkan
melalui persamaan Fa=ρ g v.
C.
Dasar Epistimologi Hukum Archimedes
Epistemologi atau teori pengetahuan
ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan,
pengendalaian-pengendalian, dan dasar-dasarnya serta pengertian mengenai
pengetahuan yang dimiliki mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan
pengenalanya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya. Epistemologi dapat
didefenisikan juga sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau
sumber, struktur, metode dan sahnya (validitas) pengetahuan.
Persoalan-persoalan dalam epistemology
hukum archimedes adalah:
1) Apakah
hukum archimedes itu ?
2) Bagaimanakah
Archimedes dapat menemukan hukum Archimedes ?
3) Bagaimanakah validitas Hukum
Archimedes itu dapat dinilai ?
Langkah dalam epistemologi hukum
Archimedes antara lain berpikir deduktif dan induktif. Berpikir deduktif
memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten
dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya Secara sistematik dan
kumulatif pengetahuan ilnilah yang disusun setahap demi setahap dengan menyusun
argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada.
Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang
rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan.
Berikut akan dijawaba keempat
pertanyaan diatas, sehingga dasar epistimologi hukum Archimedes dapat
ditunjukkan secara jelas:
1) Hukum Archimedes adalah hukum yang
membahas tentang perilaku suatu benda yang mengalami gaya ketas ketika berada
dalam suatu fluida.
2) Berdasarkan
kisah yang diabadikan sejarah, Archimedes menemukan hukum gaya apung/Archimedes
ketika ia diperintahkan oleh raja untuk menguji mahkota kebesaran raja, apakah
terbuat dari emas atau tidak. Arhimedes secara alami akhirnya mengetahui
penyelesaian permasalahan tersebut dengan kembali ke alam. Ia berpikir secara alami
dengan berendam disebuah bak yang penuh dengan air kemudian terlihatlah olehnya
ada beberapa air yang tertumpah. Perilaku air yang seperti ini merupakan
perilaku alami yang dapat dipahami oleh Archimedes bahwa air yang tumpah
tersebut tidak lain adalah sama dengan volume tubuhnya. Dan pada akhirnya
menarik kesimpulan secara matematis bahwa Fa=ρ g v.
3) Untuk validitas hukum Archimedes
dapat dilakukan dengan prinsip konfirmasi dengan penjelasana lengkap sebagai
berikut:
Fungsi Ilmu adalah untuk
menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang atau memberikan
pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat
ditampilkan sebagai konfirmasi absolute dengan menggunakan landasan : asumsi,
postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga dapat ditampilkan sebagai
konfirmasi probabilisti dengan menggunakan
metode induktif, deduktif, reflektif.
Dalam Ontologi dikenal pembuktian a priori dan a posteriori.
Untuk memastikan kebenaran
penjelasan atau kebenaran prediksi Archimedes, dapat didasarkan pada dua aspek
yaitu Aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Dalam hal konfirmasi, sampai saat
ini dikenal ada tiga teori konfirmasi, yaitu :
-
Decision Theory,
Teori
ini menerapkan kepastian berdasar keputusan apakah hubungan antara hipotesis
dengan evidensi memang memiliki manfaat actual
- Estimation Theory
Menetapkan
kepastian dengan memberi peluang benar – salah dengan menggunakan konsep
probabilitas.
-
Reliability Analysis
Menetapkan
kepastian dengan mencermati stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah
karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hipotesis
Hukum
Archimedes telah melewati tahapan konfirmasi, dan terbukti bahwa hukum
Archimedes merupakan suatu hukum yang valid dan merupakan hukum fisika dan
bagian dari ilmu pengetahuan.
D.
Dasar Aksiologi Hukum Archimedes
Aksiologi
membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang
didapatkannya. Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif
dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan seperti yang dijumpai
dalam kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial,
kawasan simbolik ataupun fisik material (Koento, 2003: 13).
Definisi Kattsoff (2004:
319), aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai yang umumnya
ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
Scheleer dan Langeveld (Wiramihardja,
2006: 155-157)
-Scheleer
mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu teori dasar tentang
tindakan tetapi lebih sering dikontraskan dengan deontology, yaitu suatu teori
mengenai tindakan baik secara moral.
-Langeveld
berpendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal utama: etika dan estetika.
Etika merupakan bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku
orang, sedangkan estetika adalah bagian filsafat tentang nilai dan penilaian
yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek.
Aksiologi
menjawab, untuk apa hukum archimedes yang berupa ilmu itu di pergunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana
penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana
kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah
dengan norma-norma moral?
Ada banyak
dasar aksiologi dari hukum archimedes yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia, karena tujuan diciptakannya hukum archimedes ini adalah untuk
memberikan manfaat dan kemudahan dalam kehidupan manusia.
Beberapa diantara aplikasi hukum archimedes
yang mempermudah manusia telah dibahas dalam bagian A.3 pada bagian sebelumnya.
Kesemuanya itu merupakan nilai aksiologi hukum archimedes.
Hukum
archimedes bukan hanya sebua teori kontekstual namun memiliki banya nilai
aplikatif yang menjadikan alasan yang kuat bahwa pernyataan archimedes
merupakan suatu hukum dan bagian dari ilmu penegetahuan yang telah terbukti
secara empiris.
sumber:
Anonim1.
2012. http://blogkeandhi.blogspot.com/2010/06/definisi-epistemologi-ontologi-dan.html.
diakses tanggal 3 Desember 2012
Anonim7. 2012. http://kasmatyusufgeo10.blogspot.com/2012/05/telaah-subtantif-dan-instrumentatif.html.
diakses tanggal 3 Desember 2012
Comments
Post a Comment