salingtemas
sains
|
teknologi
|
lingkungan
|
masyarakat
|
Dalam pembelajaran
massa jenis yang berwawasan Salingtemas, ciri atau karakteristik pendekatan yang perlu
ditampilkan adalah sebagai berikut:
1.
Tetap memberi pembelajaran yang diinginkan
2.
Siswa di bawa ke situasi untuk melihat teknologi yang berkaitan dengan konsep massa jenis atau memanfaatkan konsep massa jenis ke bentuk teknologi untuk kepentingan
masyarakat.
3.
Siswa diminta untuk berpikir tentang akibat positif dan negatif dalam
proses pentransferan konsep massa jenis ke bentuk teknologi.
Secara
konkret keterhubungan massa jenis dengan prinsip salingtemas dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Sains
Konsep massa jenis, dan
penerapannya dalam lingkungan diajarkan dalam proses pembelajaran.
b. Teknologi
Aplikasi massa jenis dalam
bidang teknologi seperti dalam prinsip kerja kapal selam, balon udara, atau
dalam pembuatan kapal laut.
c. Masyarakat
Aplikasi teknologi diatas
sangat bermanfaat bagi masyarakat mulai dari aplikasinya pada kapal selam,
balon udara, ataupun kapal laut..
d. Lingkungan
Apliaksi-aplikasi diatas tentunya
mempunyai banyak dampak terhadap lingkungan mulai dari dampak positif hingga
dampak negative, dalam pembelajaran peserta didik diaharapkan mampu
menganalisis dampak-dampak ini secara mandiri, adapun dampak-dampak yang
diharapkan ditemukan oleh peserta didik adalah kepeduliannya terhadap
lingkungan dan kemamuannya dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pembelajaran berbasis salingtemas adalah sebagai berikut.
a.
Menggunakan berbagai macam sumber belajar, baik berupa
media cetak, elektronik maupun keadaan nyata di sekitar kita.
b.
Memberikan peluang kepada siswa untuk
lebih berperan aktif, sedangkan guru bertindak selaku fasilitator aktif yang
selalu memberikan masukan kepada siswa, tanpa menyalahkan pendapat siswa.
c.
Membawa siswa untuk lebih memiliki harga diri, sehingga
mereka lebih termotivasi untuk berperan aktif.
d.
Menciptakan suasana belajar yang senang dan terhindar
dari suasana tegang yang dapat membuat siswa menjadi takut.
e. Mengarahkan
dan memberi motivasi kepada siswa, sehingga siswa dapat lebih berpikir kreatif.
Secara
garis besar, tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran berbasis salingtemas adalah :
1.
Inisiasi
Pada tahap ini, guru mengangkat isu atau masalah yang ada
dalam kehidupan peserta didik sehari-hari, atau yang hangat di media (koran,
TV, dll.). Isu atau masalah yang diangkat bisa pula berasal dari peserta didik.
Setelah pemilihan isu, dilakukan penggalian cara pandang dan pemahaman peserta
didik terhadap isu atau masalah tersebut.
Untuk melangkah ke tahap berikut, guru bersama-sama peserta
didik merumuskan masalah, atau menegaskan batas-batas topik isu tersebut untuk
mengarahkan perhatian yang memusat pada isu yang jelas. Pembatasan ini akan
memperjelas kompetensi sains apa yang diperlukan untuk memahami atau memecahkan
masalah tersebut.
2.Penetapan
Kompetensi Sains
Guru mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
terkait dengan isu yang diangkat. Seperti dijelaskan pada ragam pendekatan salingtemas,
kompetensi dasar yang relevan bisa berasal dari satu bab, atau lintas bab, atau
bahkan lintas mata pelajaran. Dari kajian ini, dikumpulkan kompetensi dasar
(sains dan non-sains) yang diperlukan untuk lebih memahami dan memecahkan
masalah yang dihadapi. Jika guru sebenarnya telah mempersiapkan topik yang akan
diangkat sebelum tahap inisiasi, maka guru bisa mengetahui daftar target
kompetensi sains sebelum pertemuan inisiasi di atas.
3.
Dekontekstualisasi
Pada tahap ini, peserta didik perlu dipersiapkan untuk
menghadapi tahap sesudahnya yaitu pembelajaran konsep dan prinsip sains, yang
dalam kasus-kasus tertentu akan merupakan tahap yang memiliki learning curve
yang tajam. Tahap penyiapan peserta didik ini disebut dekontekstualisasi,
karena peserta didik perlu dipersiapkan agar fokus pada pembelajaran konsep dan
prinsip-prinsip yang perlu dikuasai, tanpa terganggu oleh konteks, isu, atau
masalah yang diangkat.
Tahap ini bisa berupa peralihan yang tak kentara dan mulus
dari tahap inisiasi pemilihan konteks ke tahap setelah dekontekstualisasi yaitu
pembelajaran sains. Guru bisa menciptakan suasana kelas yang memungkinkan
peralihan mulus ini. Tahap ini bisa pula berupa permintaan tegas kepada peserta
didik, agar meninggalkan diskusi tentang isu/masalah, tapi mulai memusatkan
perhatian pada pencapaian kompetensi sains (atau bidang lain) yang dibutuhkan
untuk memahami atau menyelesaikan masalah.
Proses dekontekstualisasi yang gagal akan menyebabkan
“keberhasilan-semu” pada pembelajaran berbasis salingtemas. Peserta didik
terlihat antusias terhadap kegiatan pembelajaran, tertarik pada isu atau
masalah yang diangkat, aktif dalam pencarian solusi masalah (atau bergairah
dalam diskusi untuk memahami masalah), tetapi tidak terjadi pembelajaran
konsep dan prinsip sains, yang justru merupakan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang hendak dicapai. Landasan keilmuan yang digunakan untuk
berusaha memahami isu atau memecahkan masalah hanya konsep dan prinsip yang
telah dimiliki peserta didik sebelumnya, dan tidak terjadi proses pembelajaran
konsep dan prinsip baru yang diharapkan. Tanpa penguasaan prinsip dan konsep
itu, pemecahan masalah yang dihasilkan tidak memiliki landasan yang kuat, atau
bahkan keliru!
4.
Pembelajaran Sains
Pada tahap ini terjadi pembelajaran konsep dan prinsip sains
(atau pembelajaran bidang-bidang lain yang relevan, jika pembelajaran berbasis
STM digunakan untuk lintas mata-pelajaran). Pada tahap ini, diperlukan sarana
untuk memastikan bahwa peserta didik memahami dan diharapkan mampu menerapkan
konsep dan prinsip yang mewakili kompetensi dasar dalam standar isi. Pengujian
penguasaan peserta didik dapat pula dilakukan lewat pengamatan guru terhadap
tahap sesudah ini (yaitu tahap menerapkan prinsip dan konsep untuk memecahkan
atau memahami masalah, dengan landasan keilmuan yang lebih kuat).
Pada pembelajaran ini, guru dapat memilih metode
pembelajaran yang sesuai dengan bahan yang disampaikan. Karena pembelajaran
yang dilakukan telah diawali dengan konteks yang memayungi, yang dekat dengan
kehidupan peserta didik, maka diharapkan kualitas pembelajaran bisa meningkat,
dengan peserta didik yang lebih aktif, dll.
Seperti dijelaskan sebelumnya, keberhasilan tahap ini selain
ditentukan oleh metode pembelajaran yang dipilih dan proses pembelajaran yang
terjadi, juga sangat bergantung pada keberhasilan tahap dekontekstualisasi
sebelumnya, yang mempersiapkan suasana yang baik untuk tahap ini. Untuk
sebagian peserta didik, proses dekontekstualisasi yang baik dan pembelajaran
konsep/prinsip yang berhasil dapat secara tajam mengubah persepsi peserta didik
terhadap permasalahan yang dihadapi.
5.
Penerapan
Pada tahap ini, guru dan peserta didik secara bersama
menerapkan konsep dan prinsip sains pada isu atau masalah yang diangkat. Guru
perlu menahan diri untuk tidak terlalu cepat membantu peserta didik menerapkan
apa yang baru dipelajarinya pada isu tersebut. Guru sejauh mungkin hanya
memfasilitasi usaha peserta didik untuk memahami atau memecahkan masalah yang
dihadapi bersama.
Pada tahap ini, seharusnya terjadi pemantapan konsep dan
prinsip pada diri peserta didik. Proses menerapkan pengetahuan, konsep, dan
prinsip pada hal yang nyata akan memberi makna lebih terhadap pengetahuan
tersebut. Pada bentuknya yang paling sederhana, tahap ini tidak menuntut
terjadinya proses pemecahan masalah, melainkan hanya peningkatan pemahaman
peserta didik pada isu yang diangkat. Guru dapat mengajukan permintaan sederhana
kepada peserta didik untuk mencoba menjelaskan isu tersebut berdasarkan
pengetahuan baru yang telah diperoleh pada pembelajaran yang dilakukan.
6.
Integrasi
Tahap penerapan dilanjutkan dengan usaha membangun
keterkaitan antar konsep dan prinsip sains yang diajarkan. Wawasan terapan yang
diperoleh pada tahap sebelumnya akan memperkaya cara pandang terhadap
keterkaitan antar konsep dan prinsip tersebut. Wawasan tersebut juga akan
memberi gambaran keterkaitan yang jelas antara konsep/prinsip sains dengan
spektrum terapannya dalam kehidupan.
Untuk memperkaya tahap ini, guru dapat mengajak peserta
didik untuk berdiskusi tentang kemungkinan penerapan konsep/prinsip baru yang
dipelajari pada konteks selain isu atau masalah yang diangkat pada pembelajaran
berbasis salingtemas ini. Pengayaan ini akan memberi kemampuan kepada peserta
didik untuk menerapkan suatu prinsip pada situasi yang berbeda.
7.
Perangkuman
Akhirnya, guru atau peserta didik dapat merangkumkan hasil
pembelajaran berbasis salingtemas yang telah dilakukan. Lewat tahap perangkuman
ini, ditegaskan berbagai kompetensi dasar yang telah dimiliki peserta didik,
dan wawasan terapan yang telah dimiliki. Tahap ini harus dilaksanakan dengan
tujuan meningkatkan kepercayaan diri peserta didik dalam mempelajari sesuatu
yang baru, dan dalam memecahkan atau memahami masalah yang relevan dengan
kehidupannya.
Secara umum pembelajaran massa jenis berbasis salingtemas
dapat dilakukan sebagai berikut:
- Inisiasi:
pendahuluan pembelajaran salingtemas dengan mengangkat dan mendiskusikan
isu atau masalah seputar massa jenis.
- Penetapan
kompetensi sains: mengumpulkan kompetensi sains yang diperlukan untuk
lebih memahami dan memecahkan masalah massa jenis yang dihadapi.
- Dekontekstualisasi:
pemisahan konsep dan prinsip sains tentang massa jenis (yang perlu dicapai
kompetensinya) dari konteks isu atau masalah massa jenis yang diangkat.
- Pembelajaran
konsep dan prinsip sains: pemantapan penguasaan konsep dan prinsip massa
jenis, melalui metode pembelajaran yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.
- Penerapan:
menerapkan konsep dan prinsip sains pada isu atau masalah tentang massa
jenis.
- Integrasi:
membangun keterkaitan antar konsep dan prinsip sains, serta antar
konsep/prinsip tersebut dengan spektrum terapannya dalam permasalahan
massa jenis.
- Perangkuman:
merangkum kompetensi yang seharusnya telah dimiliki peserta didik,
termasuk kemampuan menerapkannya pada kasus massa jenis.
Comments
Post a Comment