KENAPA HARUS BELAJAR FISIKA?


Photo by: Valentin Salja on Unsplash

Pelajaran fisika selalu menjadi momok yang menakutkan bagi siswa. Siswa merasa kesulitan dalam mempelajari fisika. Rumus-rumus fisika tidak hanya perlu mereka hafal saja melainkan juga dioperasikan dengan matematika. Tidak heran jika setiap ujian sumatif dilakukan, nilai siswa selalu rendah. Bukan suatu hal langka jika hanya satu dua orang saja yang dapat lulus saat ujian. Tulisan ini akan mencoba mengungkap hal menarik tentang kesulitan siswa dan upaya perbaikan berdasarkan padangan pribadi penulis.

            Sebagai orang yang menyuai fisika, tentu tidak adil jika semua anggapan dan asumsi dalam tulisan ini dibenarkan. Akan tetapi, pengalaman pribadi penulis selama beberapa tahun mempelajari fisika setidaknya bisa menjadi gambaran bahwa bergelut dan menyukai fisika sekalipun bukan jaminan dalam memahami konsep fisika dengan benar. Sebagai mahasiswa fisika sekalipun bukan jaminan bahwa pemahaman yang koheren tentang fisika telah dimiliki. Intensitas dan durasi belajar bukanlah satu-satunya jaminan meningkatkan pemahaman konsep fisika.

            Pada tulisan ini, diangkat satu permasalahan umum dalam pendidikan yang juga relevan dalam pengajaran fisika yang akan coba disintasa untuk menemukan solusinya secara konseptual yaitu “bagaimana menjadikan waktu yang efektif dalam memahami konsep fisika?

Pengalaman selama tiga tahun mengajar di sekolah menengah memberikan saya pengalaman bahwa karakteristik siswa sangat beragam. Ada siswa yang peduli terhadap pelajaran ada yang sangat cuek bahkan cenderung malas. Ada siswa yang serius saat pelajaran meskipun sebenranya tidak paham ada pula siswa yang di kelas tingkahnya hanya mengganggu teman kelasnya. Keberagaman dalam berperilaku ini juga berlanjut pada keberagaman dalam berpikir. Ada siswa yang berpikir dengan divergen atau cenderung kreatif dan kritis pada setiap materi yang diberikan, ada pula siswa yang berpikirnya monoton dan cenderung untuk sekedar mengikuti contoh.

Banyak siswa maupun mahasiswa fisika mengalami kesulitan ketika membuat interpretasi terhadap suatu fenomena fisika, ataupun persamaan matematis. Dua hal yang berbeda, namun dalam fisika hal ini hendaknya seiring dan sejalan. Pemahaman terhadap konteks dunia nyata tidak cukup, melainkan membutuhkan pemahaman matematis. Demikian pula sebaliknya, kemampuan matematis saja tidak cukup tanpa diimbangi dengan pemahaman kontekstual dalam dunia nyata. Terkait dunia nyata, penulis teringat pada salah seorang siswa yang bernama Muhammad Riswar Rasyid. Anak ini punya kemampuan menghitung yang cukup baik. Tidak heran jika dia selalu diutus sebagai delegasi sekolah dalam berbagai lomba matematika. Setiap pembelajaran fisika anak ini selalu memberikan pertanyaan yang sama yaitu “kenapa kita harus belajar ini?, apa manfaatnya bagi saya?”. Tentu dengan mudah dijawab jika guru menguasai materi, aplikasi konsep fisika biasanya memang sudah tertara pada buku-buku teks pelajaran. Akan tetapi, sebenarnya ada banyak hal yang bisa diinterpretasikan dari pertanyaan itu, bahwa selama ini siswa (termasuk penulis) belum sepenuhnya merasakan secara nyata manfaat belajar fisika. Sebagian besar fisika lebih difokuskan pada konsep teks yang sebenarnya diera sekarang ini sangat mudah ditemukan jawabannya. Siswa cukup mengatakan “Okay Google” kemudian menyebutkan kata kunci maka muncul jawaban dari berbagai sumber. Kalkulator matematis dan kalkulator saintis telah tersedia dalam berbagai versi. Siswa dapat melakukan perhitungan dengan sangat mudah.

Waktu yang tersedia sebaiknya dimaksimalkan untuk menginternalisasi manfaat belajar fisika. Siswa dapat diarahkan untuk mengaplikasikan setiap konsep yang dipelajari dalam berbagai bentuk. Aplikasi yang dimaksud penulis disini tidak hanya aplikasi dalam bentuk prototype 3 dimensi seperti biasanya melainkan juga prototype konsep yang mungkin dikembangkan siswa melalui konsep yang telah dipelajarinya. Dalam satu semester, siswa hendaknya memiliki proyek yang berkesinambungan berdasarkan materi. Proyek ini dikerjakan secara perlahan berdasarkan materi untuk mendukung proyek besar yang akan dikerjakan.

Sistem mini projek akan membuat pengetahuan yang dimiliki siswa lebih koheren. Siswa akan memiliki tujuan selama satu semester. Tujuan siswa tidak hanya berorientasi nilai akan tetapi berorientasi produk yang dapat dirasakan manfaatnya. Langkah-langkah pelaksanaany pada dasarnya mirip dengan Science Technology Engineering and Mathematics (STEM) ataupun Project Based Learning (PjBL). Penulis menamai struktur belajar yang dibangun ini dengan nama Integrated Project Based Learning (IPjBL) Adapun langkah-langkah yang penulis tawarkan sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran fisika dalam satu semester adalah sebagai berikut.

1.      Penanaman nilai-nilai dasar fisika dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Merancang satu projek semester yang disertai dengan mini projek yang mendukungnya. Pada bagian ini dilakukan strukturisasi materi dari yang sederhana hingga materi yang kompleks.

3.      Siswa mendapatkan pengantar pembelajaran umum dengan membahas sekilas topik yang dipelajari selama satu semester.

4.      Siswa membuat rancangan projek besar 1 semester.

5.      Projek dikerjakan dalam kelompok kecil 2-3 orang.

6.      Projek hendaknya tidak dibatasi pada pembuatan alat saja tapi lebih difokuskan pada projek konseptual untuk. Pada bagian ini penting bagi guru untuk membuat batasan terhadap topik dan jenis projek yang diperbolehkan agar siswa dengan mudah dapat membuat rancangan.

7.      Hasil rancangan kemudian di analisa oleh guru.

8.      Pada setiap materi, siswa merancang mini projek yang dapat mendukung pelaksanaan projek besar mereka.

9.      Siswa mendapatkan arahan dan bimbingan oleh guru selama percancangan dan pembuatan setiap projek.

10.  Presentasi hasil projek di akhir semester.

Melalui sistem seperti ini, diharapkan fisika tidak lagi dipahami sebagai mata pelajaran dengan rumus saja tapi lebih bersifat aplikatif. Disamping itu, persamaan/rumus yang digunakan dalam setiap sub bab tidak hanya akan digunakan untuk membahas fenomena pada soal-soal saja tetapi pada kasus nyata untuk setiap projek yang dikerjakan. Diharapkan melaui cara belajar ini, siswa dapat menjawab pertanyaan kenapa harus belajar fisika.

Comments

Popular posts from this blog

makalah tentang filsafat naturalisme

Sejarah Singkat Penemuan Konsep Optik