RESUME PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN FISIKA: GUIDING PRINCIPLES FOR EFFECTIVE SCIENCE AND PHYSICS EDUCATION
Pemrosesan Informasi
Pemahaman tentang teori bagaimana otak bekerja, akan membantu kita memahami
bagaiamana cara belajar dan membelajarkan fisika. Teori ini sering disebut
sebagai teori pemrosesan informasi, yaitu teori yang membahas bagaimana otak
bekerja untuk membangun pengetahuan. Model memori pada dasarnya dibagi menjadi
dua yaitu working memory dan long-term memory. Working memory (WM) muncul sebagai bagian
dari memori kita yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dan menjaga
informasi kesadaran kita. Karakteristik WM adalah mampu memuat informasi dalam
bentuk verbal dan visual namun memiliki keterbatasan dalam hal kapasitas. WM
membantu manusia memori yang bekerja misalnya dengan membantu kita dalam
berkomunikasi dengan cepat.
Long-term memory (LTM) merupakan hal yang penting dari semua proses kognisi kita. Memori
ini bersifat produktif dan tergantung pada konteks. Berbeda dengan WM, LTM
memiliki kapasitas dan durasi yang sulit untuk diprediksi. Memori ini berfungsi
untuk menyimpan informasi yang manusia peroleh dan memiliki sifat yang aktif
dan produktif saat WM me-recall beberapa
informasi. Dalam hal lupa ada beberapa hal yang dapat menyebabkan itu terjadi
yaitu (1) displacement: terjadi
ketika informasi yang masuk terlalu banyak; (2) inferensi retroaktif; karena
informasi baru menutupi yang lama; (3) inferensi proaktif: karena informasi
lama menutupi yang baru.
Prinsip Pembelajaran Fisika
Terdapat lima prinsip umum yang dapat membantu kita memahami kelas
fisika.
1. Prinsip
Konstruktivisme
Setiap individu membangun pengetahuan dengan membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya, individu tersebut menggunakan pengetahuan ini
secara produktif untuk menciptakan respon terhadap informasi yang diberikan.
Hal ini akan membawa pada long-term memory sebagai suatu asosiasi konteks.
Prinsip ini menghendaki seringnya feedback agar siswa tahu yang harus
dipelajarinya.
2.
Prinsip Konteks
Apa yang dikonstruksi oleh seseorang tergantung pada konteks yang
dipelajari dalam hal ini termasuk juga keadaan mentalnya. Fokus pada
konteks akan membantu kita berpikir bahwa suatu kejadian bukanlah sesuatu yang
sederhana. Hal ini menjadi penting karena sesungguhnya yang diinginkan dari
seorang siswa bukanlah sekadar menyelesaikan soal-soal melainkan kemampuan
untuk membangun skema pengetahuan yang lebih luas dan dalam konteks yang
sesuai.
3.
Prinsip Perubahan
Sangat mudah untuk mempelajari sesuatu yang cocok atau kelanjutan dari
sebuah skema, tetapi mengubah sebuah sebuah skema yang terjalin baik secara
substantif sangatlah susah. Berikut elaborasi dari prinsip ini kaitannya dalam
proses perubahan dalam pembelajaran.
a. Sangat susah untuk mempelajari sesuatu topik yang kita hampir tidak
mengetahuinya.
b. Beberapa pembelajaran dapat selesai dengan analogi.
c. Masalah Touchstone dan contoh-contohnya sangat penting
d. Sangat susah untuk mengubah model mental yang sudah ada
4.
Prinsip Individualitas
Karena setiap individu membangun struktur mental mereka sendiri, setiap
siswa akan memiliki mental respon yang berbeda demikian pula dalam hal
perbedaan pendekatan dalam pembelajaran. Setiap siswa akan menampilkan sebuah
variasi yang signifikan dalam hal jumlah variabel kognitif. Beberapa elaborasi
terkait prinsip ini menegaskan bahwa:
a. Setiap orang memiliki perbedaan gaya belajar
b. Tidak ada jawaban yang unik untuk pertanyaan: jalan terbaik apa yang
digunakan untuk mengajar sebuah mata pelajaran?
c. Pengalaman pribadi kita boleh jadi sangat kurang membimbing untuk
memberi tahu kita jalan terbaik untuk mengajar siswa.
d. Informasi tentang keadaan pengetahuan siswa kita ada dalam diri mereka.
Jika kita ingin mengetahui apa yang mereka tahu, kita tidak cukup hanya
menanyai mereka, kita harus mendengar.
5.
Prinsip Pembelajaran Sosial
Untuk banyak individu, pembelajaran sangat efektif jika dibawakan
melalui interaksi sosial. Prinsip pembelajaran sosial penting dalam
pembelajaran fisika agar mudah diingat. Fisikawan sebagai sebuah kesatuan
konsep sangat tidak biasa dalam banyak hal. Ilmu fisika membutuhkan
keingintahuan yang tinggi, kebebasan dan kemampuan matematika. Tetapi juga membutuhkan
kemampuan belajar secara individu. Sehingga konsep ini tentunya tidak berlaku
umum pada semua orang.
Beberapa metode pembelajaran umum yang diturunkan dari model kognisi
1.
Konflik Kognitif
Metode ini digunakan ketika terjadi terjadi generalisasi atau asosiasi
konsep yang tidak sesuai sehingga sulit untuk diubah. Biasanya siswa masuk
kedalam kelas dengan membawa konsep yang diperolehnya dari berbagai pengalaman
yang dimilikinya. Dengan membuat efek anomali terhadap konsep yang dimilikinya dengan
fakta yang ada maka kognisi siswa akan mengingat hal tersebut sebagai sesuatu
yang bermakna serta akan mengkonstruksi konsep dalam kognisinya secara benar.
2.
Bridging
Metode ini berusaha untuk menghubungkan secara eksplisit pengetahuan
yang dimiliki oleh siswa dengan konsep-konsep baru yang dipelajarinya
Belajar fisika harusnya tidak sekadar menghafal definisi dan persamaan.
Kita mengharapkan siswa dapat memahami permasalahan fisika dan cara
penyelesaiannya; siswa dapat mencocokkan konsep fisika dengan kehidupan
sehari-hari; kita juga berharap siswa dapat menggunakan pengetahuan fisikanya
untuk menyelesaikan pelbagai permasalahan. Ketiga hal ini dapat diringkas
menjadi tiga tujuan utama pendidikan fisika yaitu konsep, koherensi, dan keberfungsian.
1.
Konsep
Dari segi konsep, siswa membangun konsepnya dari pemahaman awal yang
dimilikinya. Lebih dari itu diharapkan siswa tidak hanya mampu menyelesaikan
permasalahan fisika dengan memanipulasi penggunaan matematika tapi juga diharapkan
mampu memahami apa sebenarnya yang dibahas dalam konsep fisika. Untuk mencapai
hal tersebut, sebelum memperkenalkan konsep yang abstrak, siswa hendaknya
diperkenalkan permasalahan dalam kehidupan nyata agar siswa termotivasi untuk
melakukan observasi dan penyelidikan terhadap konsep tersebut.
2.
Koheren
Kekuatan paling utama dalam pandangan ilmiah adalah kemampuannya untuk
menggambarkan fenomena kompleks dengan prinsip dan hukum yang sederhana. Siswa
yang mengumpulkan fakta-fakta mungkin tidak dapat membuat struktur terhadap
fakta-fakta ini. Akan tetapi, ini kan menjadi modal bagi siswa untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan mempelajari konten tentang
permasalahan yang ditemukan (konteks) akan memperbesar peluang untuk
menghubungkan berbagai konsep fisika yang dimiliki.
3.
Keberfungsian
Kita tidak menginginkan siswa hanya tahu konsep tapi tidak bisa
menerapkannya dalam kehidupan nyata. Efeknya bahwa seorang guru hendaknya tidak
hanya sekadar mengajarkan konten tapi membantu siswa membuat struktur
pengetahuan yang dapat diimplementasikan. Dampak lain dari tujuan ni bahwa
perlu adanya perubahan cara penilaian yang dilakukan guru yang biasanya hanya
mengevaluasi konten sekarang juga harus jelas menilai keterampilan siswa.
Berdasarkan teori kognisi kita maka untuk mencapai ketiga tujuan di
atas, maka perlu untuk mentransfer konsep dari short-term memory ke long-term
memory. Secara sederhana hal tersebut dapat dilakukan dengan memandang
bahwa belajar adalah sebuah pertumbuhan, bukan sekadar transfer. Belajar
membutuhkan pengulangan, refleksi dan integrasi untuk membangun pengetahuan
yang koheren dan aplikatif.
Comments
Post a Comment